|
Fitri Nurhayati |
Membaca
biografi tokoh pejuang wanita tentu sangat menginspirasi kita semua. Menjadi orang
yang merugi apabila tidak terketuk hatinya untuk mengagumi sosok pejuang wanita
yang satu ini, RA. Kartini.
Perjuangannya
sungguh gigih, alhasil nikmatnya dapat dirasakan saat ini. Di tengah
perkembangan zaman yang semakin kompetitif, tak sedikit kalangan yang ingat
tentang sejarah sebagai wujud perjuangan menuju sukses.
Terlebih
bagi kaum wanita yang telah menikmati jerih payah Kartini hingga mereka mempunyai
derajat sama dengan kaum laki-laki. Tak ada lagi sekat yang membedakan antara
keduanya.
Hal
kecil dapat terlihat dalam aktivitas yang dilakukan para wanita saat ini.
Mereka mempunyai kebebasan untuk mengembangkan minat dan bakat selama masih
dalam koridor norma yang berlaku dimasyarakat.
Terlihat
dari gaya berpakaian dalam melakukan pekerjaan. Mereka tampil modis dengan
segala aksesoris yang semakin mempercantik auranya. Wanita tidak lagi
dipekerjakan di dalam rumah, mengurus anak, dengan mengenakan pakaian ala
kadarnya.
Tak
kalah dengan kaum pria yang bebas gaya dan sporty, kini busana wanita juga mempunyai
sejuta model bahkan untuk busana muslim sekalipun. Wanita muslim dibebaskan
untuk mengenakan jilbab saat melakukan pekerjaan di luar rumah.
Modelnya
juga beragam, mulai dari pilihan warna, bahan, hingga harga yang semakin
bersaing. Mereka kian terlihat modern dengan dandanan tren era terbaru.
Busana
muslim (gamis) tidak hanya dikenakan di pesantren atau sekolah agama saja, namun
di kantor pemerintahan atau tempat-tempat umum sekalipun mereka kenakan. Gamis
dengan perpaduan jilbab segala model menjadi kebanggan para wanita.
Dengan
banyak model inilah mereka bebas memilih sesuai dengan keinginan. Hal ini juga
berpeluang bagi para pengusaha untuk mengembangkan bisnisnya dalam memasarkan
busana muslim.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 67)
Saat
ini bolehlah dikatakan bahwa jilbab dan pakaian muslim telah mentradisi menjadi
budaya bangsa. Bisa mempercantik setiap penampilan wanita, menjadi ladang bisnis,
memakmurkan pengusaha dan para pekerjanya.
Apabila
menilik kembali gaya busana pada tahun 1980an, saat itu pakaian wanita masih
sederhana dan hanya sebatas menutup badan saja. Tidak mengandung nilai estetika
di dalamnya.
Hal
ini disebabkan karena keterbatasan pengalaman yang dimiliki masyarakat
Indonesia. Kekuasaan yang didominasi oleh bangsa asing membatasi ruang gerak
para wanita. Tak hanya itu, penguasa yang mempunyai kebijakan pun membatasi gaya
busana muslim beredar di masyarakat.
Pada
saat itu tradisi keagamaan begitu diawasi, dicurigai, dan dikekang. Pakaian
muslim dan jilbab tidak boleh dikenakan di sekolah, namun rok dan baju mini
bebas dipakai di mana pun berada.
Penguasa
saat itu berhasil mengisi jabatan penting sehingga dengan mudah membuat aturan
yang membatasi kebebasan menjalankan hukum-hukum islam. Waktu itu tokoh
pergerakan islam ditangkapi dan dibui. Para jilbaber diteror, direkayasa, diimagekan buruk dengan isu-isu miring
seperti adanya kasus jilbab pencopet.
Masyarakat
islam yang masih awam dibuat phobia terhadap agamanya sendiri. Kalangan yang
kuat semakin berkuasa dan yang lemah semakin tertindas. Korupsi merajalela
hampir di semua instansi pemerintahan. Kemaksiatan pun terus mengalami kemajuan.
Pelacuran
menjadi hal biasa yang dilindungi oleh becking-becking
kekuasaan. Film-film cabul diputar dibioskop seluruh penjuru tanah air. Semua
itu diperbolehkan karena keberadaan mereka membawa keuntungan untuk pemasukan negara.
Muslimah
berjilbab saat itu dilarang bekerja di kantor pemerintahan. Namun bersyukurlah saat
ini keadaan sudah semakin membaik. Setidaknya beberapa koruptor telah tertangkap. Tokoh
agama semakin terpandang dengan penyampaian menggunakan metode dakwah yang
bervariasi.
Kehidupan
beragam pun sudah semakin dihormati. Semoga selanjutnya bisa menjadi tradisi
dalam hidup berbangsa. Semua perubahan yang diraih Indonesia saat ini tidak
terlepas dari peranan wanita di dalamnya. Mereka berperan serta dalam memperbaiki
moral bangsa.
Terbukti
tak sedikit kaum wanita yang masuk dalam jajaran pemerintahan, membuat kebijakan
yang adil demi kelangsungan hidup dalam berbangsa dan bernegara.
Wanita
mempunyai kebebasan dalam melakukan pekerjaan di luar rumah. Bahkan banyak pula
dari mereka yang menjadi tulang punggung keluarga sebagai perwujudan dalam
membantu kaum laki-laki.
Penampilan
wanita juga semakin rapi dan sedap dipandang mata. Menjadikan mereka lebih
dihormati dan bersahaja saat tampil di tengah publik. Meski dengan busana
muslim yang modis para wanita tetap mempertahankan aturan syar’i.
Tak
hanya penampilan, gagasan brilliant juga
bermunculan untuk memberikan rekomendasi demi perubahan bangsa yang progresif.
Pola pikirnya tak lagi kolot namun menginsprasi bagi sesama, bahkan terhadap lawan
jenisnya sekalipun. Meski demikian kaum ini juga tak melupakan kodratnya ketika
kembali kepada keluarga.
Kehidupan
wanita muslim semacam ini merupakan bentuk nikmat yang diperuntukkan bagi Indonesia dengan perantara
kaum wanita. Mereka adalah satu dari ratusan bahkan ribuan jalan untuk menuju
nikmat Alloh SWT. Tinggal bagaimana masyarakat Indonesia mensyukuri nikmat yang
sering tidak disadari.
Hidup
memang tidak selalu indah, langit pun tidak selalu cerah, dan malam juga kadang
suram karena tak berbintang. Begitulah lukisan alam, begitulah aturan Alloh SWT
sebagai wujud nikmat yang harus disyukuri.
Kehadiran
wanita muslim akan memberi dampak positif bagi perkembangan suatu bangsa. Ada
pepatah yang mengatakan apabila dalam suatu negara terdapat wanita baik maka
akan menjadi baik pula negara itu, begitu juga sebaliknya.
Saat
Indonesia mendapati berjuta masalah, sejatinya itu merupakan sebagian kecil nikmat
Alloh yang berwujud cobaan. Ini menjadi pelajaran bagi umat manusia untuk
selalu ingat kepadaNya.
Bersyukurlah
dan yakin bahwa Alloh sedang mempersiapkan bangsa ini menjadi teladan bangsa
yang lain. Para wanita muslim sedang dipersiapkan menjadi sosok yang berani dan
tegar untuk mencerahkan Indonesia.
Tokoh
Kartini merupakan potret wanita Indonesia yang ikut andil dalam melakukan
perubahan yang progresif. Ia telah memberi berbagai landasan untuk pembangunan.
Sosoknya
mampu memperjuangkan kaum wanita agar mendapat hak yang sama dan sederajat
dengan laki-laki. Kartini memperjuangkan pendidikan kaum wanita yang menjadi
martir untuk menjunjung harkat dan martabat kaumnya.