Jumat, 06 Mei 2016

Meneladani Sunnah Menuju Rumah Tangga Berkah

Judul buku      : Romantisnya Rasulullah 
Penulis             : Pirman 
Penerbit           : Citra Risalah   
Tahun terbit     : Cetakan I 2015
Tebal buku      : 210 halaman
Ukuran            : 14,5x20,5 cm
ISBN               : 978-602-7727-65-6


Rasulullah adalah figur suami romantis yang diidamkan oleh banyak wanita di muka bumi. Perangainya amat baik, tanpa cela, dan terpancar ketampanannya. Kehidupan Rasulullah sebagai suami ummul mukminin merupakan samudera ilmu yang tak akan habis untuk dipelajari. Pengetahuan inilah yang menjadi kunci keharmonisan pasangan suami istri dalam membangun rumah tangga.

Tetapi apakah kita sudah mengetahui bagaimana cara Rasulullah membahagiakan orang-orang di sekitarnya, termasuk istri-istrinya? Bagaimana cara beliau membangun rumah tangga yang sakinah, mawada, warahman? Buku ini menjawab semua pertanyaan itu melalui kisah-kisah yang disajikan di dalamnya.

Pada bagian depan buku Romantisnya Rasulullah dijelaskan bagaimana kelembutan Rasulullah terhadap para sahabatnya. Berikutnya pembaca digiring untuk lebih mendalami kelembutan Rasulullah terhadap istri-istrinya. Selain itu dilengkapi juga dengan dalil tentang pernikahan (hal:59) yaitu QS. Ar Rum (30):21 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri. Supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Penulis juga menjelaskan kehidupan sederhana Rasulullah bersama istri-istrinya. Beliau mengajarkan kepada istri-istrinya untuk hidup sederhana, akur, saling berdamping, dan saling menyayangi. Buku ini cukup untuk membuka wawasan dalam meneladani kehidupan rumah tangga Rasulullah. Penulis mengajak pembaca untuk meneladani Rasulullah dalam segala aspek, utamanya dalam kehidupan beliau bersama istri dan keluarganya.


Buku Romantisnya Rasulullah menyajikan banyak kisah yang dapat kita teladani. Maka buku ini dapat dibaca oleh kalangan anak muda yang sedang mempersiapkan pernikahan, atau bagi mereka yang sedang menjalani pernikahan. Penulis menyajikannya dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga pesan yang ingin disampaikan lebih mudah ditransformasi. Masih banyak kisah-kisah yang dapat kita teladani yang belum terangkum dalam buku ini, maka sebaiknya para pembaca juga mencari referensi lain untuk dapat menambah wawasan. (*)

Senin, 18 April 2016

Agar Sukses Berumah Tangga

Judul buku      : Wonderful Couple, Menjadi Pasangan Paling Bahagia 
Penulis             : Cahyadi Takariawan 
Penerbit           : Era Adicitra Intermedia 
Tahun terbit     : Cetakan II April 2015
Tebal buku      : 354 halaman
Ukuran            : 21x15 cm
ISBN               : 978-602-1680-11-7

Banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari pasangan suami istri yang hidup harmonis dan bahagia. Mereka inilah yang disebut wonderful couple versi penulis. Para pasangan suami istri ini berasal dari berbagai golongan dan strata sosial. Mereka merasakan kebahagiaan dengan kondisi masing-masing yang berbeda pula. Ini karena kebahagiaan bisa menjadi milik semua orang yang menghendaki dan mengupayakan.

Wonderful couple adalah kisah perjuangan hidup para pasutri, kisah kebersahajaan, konflik dan permasalahan yang mampu diselesaikan dengan sikap dewasa dan matang. Penulis menyajikannya dalam sembilan catatan yang dapat dijadikan referensi bagi para pasangan yang hendak melangsungkan pernikahan, maupun yang sudah lama menikah.

Catatan pertama dimulai dengan memasuki relung wonderful couple. Ada lima tahap kehidupan pernikahan dan bagaimana mengekspresikan cinta karena setiap pasangan memiliki versi wonderful couple yang berbeda. Selanjutnya penulis menjelaskan bagaimana konflik dan permasalahan yang biasa muncul dalam penikahan. Pada catatan ini juga disertai dengan bagaimana para pasutri sebaiknya bersikap.

Pada setiap catatan, penulis menyisipkan contoh nyata kehidupan dalam berumah tangga. Misalnya meributkan bentuk tubuh pasangan (hal: 256). Banyak pertengkaran dan konflik suami istri yang bermula dari bentuk fisik pasangan yang dianggap berubah tak lagi ideal. Semula hanya berupa gurauan dan candaan, namun lama-kelamaan menjadi hal yang sensitif dan menyakitkan hati. Ada juga kisah humor yang disajikan dengan bahasa sederhana dan apa adanya. Seperti saat pasutri mrnuliskan nama pasangan di daftar kontak handphone mereka, dilihat dari usia pernikahan. Pada bagian akhir penulis menjelaskan bagaimana merayakan kebahagiaan bersama pasangan dengan memohon kemudahan dalam mewujudkan wonderful couple.

Beragam kisah yang menarik untuk dibaca para pasutri membuat buku ini sangat rekomended untuk dibaca. Namun yang menjadi kelemahan adalah adanya beberapa kesalahan penulis kata di dalamnya. Desain landscape buku ini memang menjadi keunikah tersendiri namun sedikit menyulitkan pembaca dalam menikmatinya. Secara keseluruhan buku ini bisa dijadikan referensi bagi para pasutri untuk mencapai wonderful couple sesuai dengan kondisi rumah tangga masing-masing. (*)


Rabu, 02 Maret 2016

Persiapan Sebelum Melangsungkan Pernikahan

Judul buku      : Menikah, Memuliakan Sunnah
Penulis             : Moh. Fauzil Adhim, Salim A. Fillah, dkk
Penerbit           : Pro-U Media
Tebal buku      : 188 halaman
Ukuran            : 15x21 cm
ISBN               : 978-602-7820-02-9

Menikah adalah dambaan setiap insan yang ingin meneladani kehidupan Rasulullah SAW. Begitu pentingnya menikah, Nabi sampai berpesan dalam sabdanya, “Menikah adalah Sunnahku, barang siapa tidak mengamalkan Sunnahku berarti bukan dari golonganku. Hendaklah kalian menikah, sunggu dengan jumlah kalian aku akan berbanyak-banyak umat. Siapa memiliki kemampuan harta hendaklah menikah, dan siapa yang tidak hendaknya berpuasa karena puasa itu merupakan tameng.” (HR. Ibnu Majah)

Buku ini menyajikan banyak kisah yang sangat menginsprasi bagi siapa saja yang sedang mempersiapkan pernikahan. Di dalamnya terdapat petuah-petuah tentang pernikahan dari beberapa penulis seperti dari Mohammad Fauzil Adhim, nasihat dari Ustaz Salim A. Fillah, motivasi dari Pak Solikhin Abu Izzudin, dan wejangan dari ustaz-ustaz lainnya.

Pernikahan merupakan institusi agung yang berguna untuk mengikat dan menyatukan dua insan lawan jenis dalam satu ikatan keluarga. Ikatan pernikahan bukanlah ikatan main-main karena dalam Al-Quran diistilahkan dengan mitsaaqan ghaliizhan, artinya perjanjian agung atau sumpah setia. Maka pada bab ‘Ada Tanya yang Mesti Kita Jawab’ karya Mas Udik Abdullah dijelaskan lima hal yang perlu dipersiapan agar pasangan dapat mencapai rumahtangga yang sakinah, mawada, warahmah.

Pertama, ilmu. Ilmu ibarat cahaya tatkala kita berada dalam kegelapan. Sehingga ilmu menjadi pedoman sekaligus kendaraan bagi kita untuk bisa mencapai tujuan dengan selamat. Dijelaskan dalam QS. A-Israa’ (17):36 “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabanya.”

Kedua, iman dan takwa. Iman dan takwa yang mantap ibarat tongkat pegangan yang akan menuntun seseorang untuk menetapkan kriteria calonnya bukan atas dasar pertimbangan duniawi. Jika iman dan takwanya berkualitas, niscaya ia hanya akan mencari pasangan yang seiman dan setakwa, tentunya dengan tingkat kesalihan yang baik.

Ketiga, mental. Persiapan mental tidak boleh dipandang sebelah mata. Persiapan ini sangat penting karena pasangan akan memasuki tempat dan dunia yang baru serta meninggalkan lingkungan yang lama.

Keempat, finansial. Kita tidak bisa memungkiri bahwa harta juga merupakan hal yang penting dalam berumah tangga, walaupun bukan segalanya. Islam tidak menghendaki kita untuk berpikiran materialistis. Akan tetapi, bagi seorang suami yang akan mengemban amanah sebagai kepala keluarga, yang lebih diutamakan adalah kesiapan diri untuk menafkahi. Minimal mempunyai mental dan keinginan kuat untuk mencari nafkah. Sedangkan bagi wanita yang paling utama adalah kesiapan untuk mengelola keuangan keluarga. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nahl (16): 72 “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rizki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka berikan kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?”

Kelima, fisik. Menikah juga membutuhkan persiapan fisik yang prima. Maka, sebaiknya sebelum melangsungkan pernikahan lebih dulu melakukan perawatan tubuh dengan sebaik-baiknya agar penampilan lebih fit.  Dianjurkan pula berolahraga yang cukup agar fisik dalam kondisi bugar ketika menikah.

Selain lima persiapan sebelum melangsung pernikahan di atas, masih ada banyak wejangan yang dapat menjadi bekal bagi para pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Bahkan pada bab akhir juga disajikan penjelasan tentang kehadiran anak yang menuntut komitmen dari pasangan suami istri.

Buku ini tepat untuk dijadikan referensi bagi para calon pengantin sebelum menikah. Namun, di dalamnya belum banyak disajikan contoh kehidupan sehari-hari tentang gambaran kehidupan berumahtangga. Gambaran tentang konflik, lika-liku berumah tangga, cara mengatasi, dan bagaimana menuju keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah belum banyak disajikan. Maka, para pembaca sebaiknya juga membaca referensi lain agar dapat menambah pengetahuan untuk memuliakan sunnah pernikahan. (*)



oleh: Fitri Nurhayati  

Koordinasi Pejabat Publik Harus Dibenahi

Buletin Pioneer edisi kelima ini berhasil melakukan wawancara eksklusif dengan Drs. Suyud, M.Pd. Kepala Pusat Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Profesi Nonkependidikan (P4TKN) LPPMP UNY, Kamis (31/12) lalu. Tema yang kami angkat tentang peranan Program PPG SM-3T dalam dunia pendidikan di Indonesia. Simak liputannya berikut ini:

Tentang peran SM-3T Pak. Di usianya yang kelima, menurut Bapak sudahkah keberadaan SM-3T mampu menjawab kekurangan guru di daerah 3T?
Berdasarkan sejarah kelahirannya, SM-3T mempunyai tujuan antara, yaitu untuk mempersiapkan tenaga pendidik yang profesional dan memenuhi kekurangan guru di daerah 3T. Sebenarnya program ini hadir bukan untuk menjawab permasalahan pendidikan di Indonesia, karena menyoal tentang masalah pendidikan tentu sangat kompleks. Maka SM-3T hanya menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kekurangan guru, bukan menjawab kekurangan guru.
Sebenarnya yang paling tepat untuk ikut serta menjawab kekurangan guru di daerah 3T adalah putra-putri daerah. Pengalaman di tahun 1990-1992 LPTK mengirim putra-putri daerah untuk kembali membangun daerah asalnya setelah mengikuti program PPGT. Maka, program PPGT lebih efektif karena setelah S1 langsung melanjutkan pendidikan profesi, setelah itu kembali ke daerah asal. Berbeda dengan PPG yang bersifat konsekutif atau berlapis, artinya setelah S1 mereka harus mengabdi terlebih dahulu kemudian baru melanjutkan program profesi.

Melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, perlukah pemerintah melanjutkan program SM-3T?
Kalaupun pemerintah melanjutkan program ini menurut saya itu tidak akan selamanya terus berlanjut. Tapi setidaknya ada program yang modelnya sama seperti SM-3T, kalau secara massif dilanjutkan saya rasa tidak mungkin. Setiap tahun mempersiapkan paling banyak tiga ribu peserta SM-3T saja sudah sangat berat. Menurut saya yang perlu ditingkatkan adalah program PPGT-nya karena ini sangat urgent untuk menarik putra-putri daerah agar kembali ke tempat asal membangun daerahnya.

Efektifkah keberadaan guru SM-3T selama satu tahun mengabdi di daerah penempatan? Karena sampai saat ini tidak ada follow-up bagi alumni SM-3T setelah selesai PPG. 
Sudah menjadi wacana apabila para bupati di kabupaten penempatan ingin mengangkat para alumni PPG SM-3T, namun hal ini terkendala dengan aturan administratif di jajaran kementerian. Tahun 2013 pemerintah mencoba menghadirkan CPNS formasi khusus dengan seribu kuota. Pada kenyataannya formasi itu tidak terisi penuh karena sedikit yang berminat untuk kembali ke daerah penempatan.
Masalah pendidikan di Indonesia, terutama tentang guru sangatlah kompleks. Apalagi bagi peserta PPG yang notabene dinaungi banyak kepentingan dari kementerian. Kemristek Dikti dalam program ini berperan sebagai penyelenggara PPG SM-3T, sedang pelaksanaannya sampai penerjunan ke sekolah-sekolah menjadi tugas Kemendikbud. Sedangkan kabupaten yang menjadi daerah tujuan berada di bawah naungan Kemendagri. Satu lagi, pengangkatan guru termasuk alumni PPG SM-3T merupakan kerja Kemenpan-RB. Jadi sebenarnya program ini merupakan produk bersama dari keempat kementerian yang saya sebutkan tadi. Jadi kalaupun ada follow-up bagi alumni PPG SM-3T ya berasal dari kementerian-kementerian tadi.
Idealnya, penyelenggaraan program ini di bawah satu komando saja. Jadi akan lebih mudah dalam mengeluarkan kebijakan. Wacananya dua tahun terakhir program MBMI akan disentralisasikan di bawah Kemendikbud.

Banyak alumni PPG SM-3T yang memilih tidak mengajar di sekolah karena tidak ada kejelasan tentang kegunaan sertifikat profesi guru. Kebanyakan sekolah atau dinas terkait tidak mengetahui adanya program PPG Prajabatan. Bagaimana pandangan Bapak dengan hal ini?
Ini terkait dengan masalah sosialisasi MBMI yang masih lemah. Pemerintah menganggap masyarakat telah paham dengan isi Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang kualifikasi guru. Dijelaskan bahwa guru harus mempunyai sertifikat pendidik. Seharusnya pejabat publik melaksanakan semua aturan yang berlaku, tapi biasanya regulasi yang telah dibuat kemudian berhenti di lembaran negara saja, tidak ada sosialisasi lebih lanjut dalam pelaksanaan. Ini yang menyebabkan dinas pendidikan di banyak daerah belum paham dengan sertifikat PPG SM-3T. Para alumni PPG diperlakukan sama dengan guru honorer pada umumnya, padahal seharusnya mereka mendapat tunjangan profesi ketika menjadi guru di sekolah.

Apakah LPTK-LPTK yang telah ditunjuk tidak mempunyai kapasitas untuk ikut mensosialisasikan hasil regulasi pak?
Ini pendapat bagus kalau LPTK ikut andil mensosialisasikan regulasi yang telah dibuat. Mungkin akan lebih efektif karena LPTK yang bersangkutan sering mengadakan pertemuan dengan dinas pendidikan. Namun sejauh ini belum ada kebijakan yang mengatur tugas LPTK tersebut. Tapi ini bisa menjadi salah satu masukan bagus yang bisa saya tawarkan ke kementerian.

Kalau melihat permasalah yang komplek di kementerian terkait maka sebenarnya apa yang perlu dibenahi dari penyelenggaran program MBMI, Pak?
Yang perlu dibenahi adalah para pejabat publik, mulai dari kementerian terkait hingga pemerintah kabupaten. Mereka perlu duduk bersama, saling berkoordinasi, membuat regulasi untuk pemerataan guru, kemudian melaksanakannya demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Kalau regulasi hanya berhenti sebatas di lembaran negara saja, itu sudah salah besar. Seharusnya semua melaksanakan sesuai aturan perundang-undangan. Tunggu saja CPNS tahun 2106 kalau semua mengikuti aturan tentang kualifikasi tenaga pendidik yang harus bersertifikat profesi, maka di tahun itu akan kekurangan guru profesional.

Apa pesan Bapak kepada peserta PPG SM-3T angkatan tiga yang sebentar lagi akan selesai masa pendidikan?
Harapan saya para peserta PPG SM-3T tetap komitmen di bidangnya, serta berkhidmat pada profesi guru. Karena sedikit sekali yang ingin menjadi guru karena panggilan jiwa. Terlebih PPG telah menjadi investasi pemerintah karena telah menyekolahkan sampai selesai dan mendapat sertifikat profesi. Harapan saya, kalau mengabdi ya tetap di jalur yang linier. (*)

oleh Fitri Nurhayati
latepost-telah dimuat di Buletin Pioneer edisi lima, PPG SM-3T UNY Tahun 2015







Kamis, 11 Februari 2016

Menggapai Titik Tertinggi Inerie

Gunung Inerie, Kabupaten Ngada, NTT
Inerie, 2 September 2014. Dua hari sebelum mudik aku menunaikan janji untuk menggapai titik tertinggi Pulau Flores. Adalah Gunung Inerie yang setahun belakangan hanya dapat dinikmati oleh mata. Bagi para pendaki, ketinggian 2.245 mdpl terbilang landai, namun tidak bagiku. Tetap butuh perjuangan untuk bisa mencapai puncak.

Letaknya Inerie tak jauh dari pusat kota Kabupaten Ngada, Flores, NTT. Sore itu ketika kabut tipis mulai menutupi Bajawa, aku dan tiga orang teman kabur dari hotel menuju Langa. Dua ojek yang telah kami pesan sebelumnya telah menunggu di seberang jalan. Aku, Yanti, Mas Aziz, dan Deni mengistilahkan acara kabur, karena seharusnya dua hari ini kami stay di hotel menunggu jemputan dari Jawa.

Mas Aziz berangkat dari Were, maka ia bisa membawa motor pinjaman dari bapak asuh. Kami bertemu di Langa dan menginap di rumah kepala sekolah. Tuan rumah menyambut hangat kedatangan kami. Tak lama, kabut sore berubah menjadi gelap menandakan waktu sudah malam. Tuan rumah mengajak makan bersama dan segera beristirahat karena dini hari nanti kami akan melakukan pendakian.

Foto bersama di puncak Inerie
Kepala sekolah akhirnya memutuskan untuk ikut mendaki. Dulu ia sering naik gunung, jadi sekarang ingin mengulang masa mudanya lagi. Seorang bernama Om Pius juga akan ikut bersama kami. Mereka akan berperan sebagai guide. Maka personel bertambah menjadi enam orang.

Perjalanan dimulai jam dua dini hari. Carrier dan aksesori pendakian telah siap. Kami langsung menyusuri pekarangan warga di Watumeze, satu-satunya jalur pendakian ke Inerie. Malam kian mencekam dengan gonggongan anjing yang terusik dengan langkah kami. Usai menembus rerumputan yang basah oleh embun, kami memasuki kaki gunung menuju lereng. Perjalanan diperlambat karena medan mulai menanjak. Disana sudah jarang dijumpai vegetasi.

Igir Wolo Deru
Udara kian dingin, perjalanan pun semakin menguras tenaga. Om Pius memastikan jalur yang kami lewati tidak keliru. Terkadang jalur pendakian menghilang karena tertutup longsoran pasir. Di kanan dan kiri banyak jurang sempit yang dalam. Kami hanya mengandalkan bebatuan sebagai pegangan, bahkan ketika medan mengharuskan kami berjalan merayap.
Waktu menunjukan pukul 05.00 WITA. Pendakian hampir mencapai puncak ketika fajar menyingsing di ufuk timur. Tak lama muncul bola merah di atas Gunung Ebulobo. Embun perlahan menguap dan seolah alam sedang melakukan pertunjukan, kami disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Di sebelah Utara nampak bukit Wolo Gedha, di Timur Laut adalah Desa Langa dan Bajawa. Sedang di Tenggara ada kampung adat Bena dan di Selatan igir Wolo Deru disambung pantai yang memanjang ke Timur. Sungguh lukisan Maha Pencipta yang sempurna. Kami tidak bosan menggumamkan kalimat Tasbih. Banyak harapan muncul ketika aku menyapu pandangan ke Wolo Gedha. Bumi pertiwi ini sangat indah, suatu saat aku ingin kembali lagi. Akhirnya, kami melanjutkan perjalanan ke puncak.
Berada di puncak Inerie
Dari puncak aku jadi tahu bahwa Inerie merupakan gunung bertipe strato. Ia pernah erupsi yang dibuktikan dengan sisa kawah di puncaknya. Kami menikmati tiap sudut Flores dari puncak, mengabadikan dengan kamera, dan mencari inspirasi di titik tertinggi ini. Setelah puas kami memutuskan untuk turun sebelum matahari terik. Medan yang terjal membuat kami ngeri ketika perjalanan menuruni gunung. Aku memilih meluncur di lereng berpasir untuk sampai di bawah. Namun, ketakutan berubah menjadi tawa riang saat kami bermain luncuran. Puncak Inerie telah menjadi titik perpisahan kami dengan Flores sebelum kembali ke kampung halaman di Jawa. (*)


Selasa, 09 Februari 2016

Persiapan Sebelum Melangsungkan Pernikahan

Judul buku      : Menikah, Memuliakan Sunnah
Penulis             : Moh. Fauzil Adhim, Salim A. Fillah, dkk
Penerbit           : Pro-U Media
Tebal buku      : 188 halaman
Ukuran            : 15x21 cm
ISBN               : 978-602-7820-02-9

Menikah adalah dambaan setiap insan yang ingin meneladani kehidupan Rasulullah SAW. Begitu pentingnya menikah, Nabi sampai berpesan dalam sabdanya, “Menikah adalah Sunnahku, barang siapa tidak mengamalkan Sunnahku berarti bukan dari golonganku. Hendaklah kalian menikah, sunggu dengan jumlah kalian aku akan berbanyak-banyak umat. Siapa memiliki kemampuan harta hendaklah menikah, dan siapa yang tidak hendaknya berpuasa karena puasa itu merupakan tameng.” (HR. Ibnu Majah)

Buku ini menyajikan banyak kisah yang sangat menginsprasi bagi siapa saja yang sedang mempersiapkan pernikahan. Di dalamnya terdapat petuah-petuah tentang pernikahan dari beberapa penulis seperti dari Mohammad Fauzil Adhim, nasihat dari Ustaz Salim A. Fillah, motivasi dari Pak Solikhin Abu Izzudin, dan wejangan dari ustaz-ustaz lainnya.

Pernikahan merupakan institusi agung yang berguna untuk mengikat dan menyatukan dua insan lawan jenis dalam satu ikatan keluarga. Ikatan pernikahan bukanlah ikatan main-main karena dalam Al-Quran diistilahkan dengan mitsaaqan ghaliizhan, artinya perjanjian agung atau sumpah setia. Maka pada bab ‘Ada Tanya yang Mesti Kita Jawab’ karya Mas Udik Abdullah dijelaskan lima hal yang perlu dipersiapan agar pasangan dapat mencapai rumahtangga yang sakinah, mawada, warahmah.

Pertama, ilmu. Ilmu ibarat cahaya tatkala kita berada dalam kegelapan. Sehingga ilmu menjadi pedoman sekaligus kendaraan bagi kita untuk bisa mencapai tujuan dengan selamat. Dijelaskan dalam QS. A-Israa’ (17):36 “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabanya.”

Kedua, iman dan takwa. Iman dan takwa yang mantap ibarat tongkat pegangan yang akan menuntun seseorang untuk menetapkan kriteria calonnya bukan atas dasar pertimbangan duniawi. Jika iman dan takwanya berkualitas, niscaya ia hanya akan mencari pasangan yang seiman dan setakwa, tentunya dengan tingkat kesalihan yang baik.

Ketiga, mental. Persiapan mental tidak boleh dipandang sebelah mata. Persiapan ini sangat penting karena pasangan akan memasuki tempat dan dunia yang baru serta meninggalkan lingkungan yang lama.

Keempat, finansial. Kita tidak bisa memungkiri bahwa harta juga merupakan hal yang penting dalam berumah tangga, walaupun bukan segalanya. Islam tidak menghendaki kita untuk berpikiran materialistis. Akan tetapi, bagi seorang suami yang akan mengemban amanah sebagai kepala keluarga, yang lebih diutamakan adalah kesiapan diri untuk menafkahi. Minimal mempunyai mental dan keinginan kuat untuk mencari nafkah. Sedangkan bagi wanita yang paling utama adalah kesiapan untuk mengelola keuangan keluarga. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nahl (16): 72 “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rizki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka berikan kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?”

Kelima, fisik. Menikah juga membutuhkan persiapan fisik yang prima. Maka, sebaiknya sebelum melangsungkan pernikahan lebih dulu melakukan perawatan tubuh dengan sebaik-baiknya agar penampilan lebih fit.  Dianjurkan pula berolahraga yang cukup agar fisik dalam kondisi bugar ketika menikah.

Selain lima persiapan sebelum melangsung pernikahan di atas, masih ada banyak wejangan yang dapat menjadi bekal bagi para pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Bahkan pada bab akhir juga disajikan penjelasan tentang kehadiran anak yang menuntut komitmen dari pasangan suami istri.

Buku ini tepat untuk dijadikan referensi bagi para calon pengantin sebelum menikah. Namun, di dalamnya belum banyak disajikan contoh kehidupan sehari-hari tentang gambaran kehidupan berumahtangga. Gambaran tentang konflik, lika-liku berumah tangga, cara mengatasi, dan bagaimana menuju keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah belum banyak disajikan. Maka, para pembaca sebaiknya juga membaca referensi lain agar dapat menambah pengetahuan untuk memuliakan sunnah pernikahan. (*)



oleh: Fitri Nurhayati