Minggu, 19 Februari 2012

Menguntai Soun Untuk Menyambung Hidup

Menelusuri sawah dengan berjalan kaki sebelum pkl 07.00 menjadi kebiasaan sehari-hari bagi Narpen. Wanita berumur 50 tahun ini menggantungkan hidupnya dengan bekerja sebagai penguntai soun di Perusahaan Gunung Jati milik orang cina.
Sejak 21 tahun lalu ia menjadi buruh untai soun untung menyambung hidupnya. Karena sang suami yang tadinya sebagai tulang punggung kelauarga sudah meninggal dunia. Ia tinggal bersama anak bungsunya yang sekarang bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Purwokerto.
Penghasilannya dari menguntai soun tidak dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Tapi ia tetap merasa senang karena hanya pekerjaan itu yang dapat dilakukannya bahkan ketika harga soun masih Rp 25 rupiah.
Wanita ini hanya mendapat penghasilan Rp 15 ribu per hari. Hasil kerjanya itu ia berikan Rp 6 ribu kepada sang anak untuk pergi ke sekolah. Sisanya ia gunakan untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Bahkan ia pernah hanya mendapatkan uang Rp 5 ribu rupiah ketika musim hujan. Karena soun tidak dapat dijemur sehingga hasil yang diuntainya hanya dari jemuran hari sebelumnya.
“Yang penting bisa dapat uang untuk menyambung hidup” katanya.
Ia merasa kekurangan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karena tenaganya yang sudah tidak seperti dulu, kini ia hanya mampu menguntai 50 bal soun perhari.
“Untuk biaya sekolah bulan ini sudah nunggak, tapi saya belum bisa bayar,” ujarnya.
Narpen mempunyai tiga anak. Anak sulungnya bekerja di Jakarta dan anak keduanya sudah menikah dengan orang Jakarta. Ia mempunyai dua cucu yang sering dikangeninya.
“Saya ingin mengunjungi cucu di Jakarta,” ujarnya.
Pernah suatu ketika ia akan mendapat bantuan dari sang bos untuk biaya sekolah anaknya. Tapi waktu itu ia sedang cuti untuk mengunjungi cucunya di Jakarta. Setelah tiga kali Narpen dipanggil sang bos untuk mendapatkan bantuan tapi ia tidak kunjung datang, bantuan itu akhirnya hangus.
Wanita yang sudah ahli menguntai soun ini terkadang juga ikut bekerja pada tetangga yang sedang memanen padi. Terpaksa ia mengambil libur kerja untuk membantu memanen padi.
“Untuk penghasilan tambahan kadang saya ikut bekerja pada tetangga saat musim tanam,” katanya.
Ia sering meminjam uang kepada tetangga untuk memenuhi biaya sekolah anaknya. Ia berharap dapat menyekolahkan anaknya hingga kuliah dari hasil kerjanya. (nurhayatifitri99@yahoo.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar