Membakar asa, memantik lebah jantan pada lidahnya yang manis
Melepas haus setelah menyeruput madu dari denyut jantungnya
Aku ingat pesan sang kekasih,
bahwa aku bukanlah bunga jalang
Bahwa aku bukanlah awan mendung yang mendatangkan hujan
Tapi aku adalah secercah cahaya yang akan menyinari dunia
Aku menikmati musim yang penuh dengan pendosa
Bahkan tuhan membiarkanku luput untuk sebentar
Agar aku dapat menari bebas di pelataran surga
Namun, di bawah senja tua aku mendengar seruan, tautan
Bahwa jalanku bukan jalan yang aku lewati sekarang
Bahwa lembarku bukanlah lembaran yang aku tulis sekarang
Adakah titah tuhan yang memanggil?
Ataukah hanya seruan umat yang mengucil?
Perjalanan ini tak selesai karena aku tak mampu menyelesaikannya
Sedang aku bergegas meninggalkan lebah di teras senja
Engkau malah melucutiku dengan cambuk besi
Aku ragu dengan jawaban sebelumnya
Bahwa engkau tak dapat menerimaku yang sudah mabuk meneguk madu
Aku ingin kembali, sebelum serbuk bunga menabur diatas kerendaku
Karena aku sama dengan engkau
Yang tetap jua saling melilit, sebagaimana alam yang begitu kejam.
Purwokerto, 02 Februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar