Dunia bisnis menjadi persaingan ketat bagi pemilik modal. Mereka mempekerjakan karyawannya dengan dibayar murah. Agar usahanya dapat mendapat untung yang besar.
Teori tersebut dianut oleh pengusaha Cina. Mereka mempunyai banyak karyawan yang bekerja untukknya. Seperti Budianto, pengusaha soun Gunung Mas, yang sudah memiliki banyak cabang di Purwokerto.
Budianto (nama Jawa) memiliki ratusan karyawan untuk mengembangkan usahanya. Ia memiliki lima cabang pabrik yaitu di Desa Karangsoka, Ledug, Pliken, Mersi, dan Arca.
Pemilik usaha soun ini membayar buruh borongannya Rp 350 per bal untuk ukuran kecil dan Rp 600 untuk ukuran besar. Pekerjanya dibayar harian sesuai dengan hasil yang diproduksi para buruh.
“Saya paling dapat Rp 15 ribu per hari,” kata Narpen, buruh borongan Soun Gunung Mas di Karangsoka.
Samud Ahmad Purwanto (41), buruh yang dipekerjakannya sejak tahun 1989. Kini ia sudah diangkat sebagai kepala cabang di Karangsoka.
Kepala cabang ini mengawali pekerjaanya sebagai kuli pabrik soun. Setelah menjadi kuli selama tiga tahun ia diangkat sebagai divisi bagian penguntai soun. Karena pekerjaannya yang dianggap baik oleh pimpinan, Budianto, ia diangkat sebagai kepala cabang sampai sekarang.
“Harus menunjukkan pekerjaan yang baik untuk diangkat menjadi kepala cabang,” kata pria yang baru satu tahun diangkat ini.
Ia mengawasi pembuatan oleh buruh pabrik, mulai dari bahan mentah hingga pengemasan. Bapak lima anak asal Bojongsari ini paham betul tentang pembuatan soun.
Soun yang berbahan dasar sagu ini proses pengerjaannya harus melalui tahapan panjang. Mulai dari cor hingga mengemas bahan jadi. Ada dua macam sagu yang digunakan yaitu aci basah dan aci kering. Aci basah adalah bahan dasar yang belum bermerk, sedangkan aci kering adalah bahan dasar yang sudah bermerk.
Pekerja harus mencuci sagu terlebih dahulu kemudian mencampurnya dengan dengan obat, kaporit. Setelah direndam kemudian sagu dicuci hingga 12 kali pencucian untuk menghilangkan bahan kimia tersebut.
“Proses pembuatan soun cukup panjang,” ujarnya.
Hasil rendaman kemudian dicor atau dimasak kemudian dipres atau dicetak pada alat pengepresan. Pengepresan harus melalui sodor (memasukkan bahan dasar ke seng) kemudian gedeg (mengeluarkan dari seng).
Setelah soun dicetak kemudian dilakukan medag (menjemur) hingga kering, lalu medag (mengangkat hasil jemuran), dan gebrak (mengeluarkan dari seng). Soun yang sudah jadi kemudian ditimbang untuk mengetahui rendemen, selisih berat dari bahan baku menjadi bahan jadi. Dan yang terakhir adalah proses pengemasan.
Bisnis yang berawal dari usaha rumahtangga ini, kini sudah menjadi usaha besar yang dikirim hingga ke Sumatera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar