SETELAH sukses dengan dua tokonya yang sekarang, Edi berencana mendirikan toko yang sama di Jalan HR Bunyamin.
Usaha yang ditekuninya sejak tahun 1999 mengalami jatuh bangun. Saat itu bertepatan dengan musim krisis moneter.
Dengan dibantu sang istri, Ika Nurwidiyastuti sebagai administrasi, Edi memulai karir dengan membuka rental computer.
"Saat itu rental masih pakai computer second Pentium tiga. Satu jam hanya Rp 1 ribu," katanya.
Setelah merintis usaha rental, pengusaha muda tiga anak ini melanjutkan karir dengan menjual komputer second. Hingga pada tahun 2007 sudah mulai menjual produk baru.
Krisis moneter yang saat itu dirasakannya menginspirasi untuk membuka usaha sendiri karena sulit mencari pekerjaan. Edi sempat bercita-cita menjadi pegawai pajak. Namun karena hanya lulusan program Diploma tiga (D3) Fakultas Ekonomi, Universitas Jenderal Soedirman tahun 2000 lantas ia mengurungkan niatnya.
Saat pendirian usaha ia mengalami banyak kendala. Diantaranya modal yang terbatas, lokasi yang sulit untuk dijangkau, kompetitor yang saat itu sudah mulai bermunculan."Yang penting pendapatan lancar," ujarnya.
Jiwa bisnis sudah melekat padanya sejak duduk dibangku kuliah. Untuk menyiasati keterbatasan usahanya ia mengambil barang dagangan dari orang lain untuk dijual lagi.
"Saya hanya mengambil untung Rp 50 ribu dari hasil penjualan," katanya. Usahanya saat ini sudah berkembang pesat. Hingga ia harus dibantu oleh 19 karyawan untuk dua toko miliknya.
Selain epada pembeli ia juga menjual ke toko-toko di luar kota seperti Banjarngera, Cilacap, Kebumen. Kompetisi bisnis komputer yang sudah semakin pesat ini juga menjadi kekhawatiran baginya. Ia berharap dengan kompetisi yang semakin ketat usahanya tetap berjalan lancar.
"Semua pedagang mengalami ketakutan akan usahanya. Namun setiap pengusaha mempunyai cara sendiri untuk mengatasi hal tersebut," ujarnya. (Fitri Nurhayati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar