Selasa, 01 November 2011

Kemuhammadiyahan

BAB I
PENDAHULUAN
           
            Muhammadiyah sejak lahir menjadikan dirinya sebagai organisasi atau Persyarikatan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Dengan demikian maka keseluruhan dari kegiatan Muhammadiyah adalah dakwah Islamiyah, sesuai dengan bidang masing-masing bagian atau lembaga dalam Muhammadiyah. Adapun Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus merupakan salah satu bagian penting menjalankan dakwah Islam dari Muhammadiyah, yang mengkhususkan pada dakwah yang lebih bersifat tabligh atau menyeru/menyampaikan risalah Allah SWT dan Rasul-Nya. Pelaksanaan sifat tabligh ini lebih cenderung melalui lisan, tulisan, audio, audio visual, internet dan sebagainya. Oleh karena itu, Muhammadiyah sangat perlu memiliki mubaligh yang handal dan menguasai medan serta peralatan tabligh lainnya. Hal ini sudah merupakan kewajiban bagi Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus memiliki korps-Daerah, Wilayah, Nasional dan dakwah di tingkat Internasional.

            Meskipun Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus punya tugas khusus menangani bidang tabligh, namun tidaklah kaku pada pembatasan bidang tugas ini. Para Mubaligh Muhammadiyah perlu juga diberikan tambahan kemampuan dalam bidang-bidang yang lain, misalnya dalam dakwah bil hall, dan dakwah bits tsaqofah.
            Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus juga sedapat mungkin menangani beberapa media khusus untuk tabligh (media tabligh), baik itu berupa koran, majalah, pemancar radio dakwah, televisi, situs internet dan memproduk materi-materi pernyiaran yang dapat dioperasionalkan melalui sarana itu semua.
            Dengan demikian antara sumberdaya mubaligh dan sarana serta prasarananya dapat berjalan seimbang. Selain itu antara umat yang membutuhkan mubaligh dan jumlah mubalighnya juga dapat dipenuhi. Perlu difikirkan pula tantangan dakwah di masa yang akan datang dalam menghadapi arus global di era post-modernis yang memasuki dunia kita.


BAB II
PEMBAHASAN

Dakwah Muhammadiyah Menghadapi Tantangan
يَآءَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ . وَإِن لَّـمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ . وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ . إِنَّاللهَ لَا 

 يَهْدِى القَوْمَ الْكَافِرِيْنَ
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (Q.S. Al-Maidah/5:67)
            Menghadapi abad kedua yang akan dihadapi Muhammadiyah, ada tiga tantangan yang akan dihadapi , diantaranya :
1.         Tantangan pertama dengan munculnya komunitas ummat Islam baru yang berkembang di Eropa,    Amerika dan Australia.
2.         Tantangan  kedua adalah dengan berkembangnya tradisi kesarjanaan muslim baru di eropa.
3.         Tantangan ketiga adalah adanya persinggungan antara gerakan dakwah Islam dan tajdid yang           digagas oleh Muhammadiyah dan gerakan Islam dan Jihad atau yang seringdisebut sebagai   gerakan Islam garis keras.
            Sementara itu dengan semakin baiknya kehidupan anak keturuan imigran Muslim di Eropa dan Amerika, saat ini timbul tradisi intelektual muslim baru. Mereka berpendidikan barat dengan tradisi pendidikan yang maju. “Sehingga yang namanya sumber referensi ke Islaman tidak hanya dari timur tengah, namun juga dari Amerika dan Eropa. “Muhammadiyah tidak bisa menutup diri dari buku-buku mereka. Apalagi Muhammadiyah tidak bisa mengelak kalau model gerakannya terinspirasi dari barat. Sekolah, Panti Asuhan dan Rumah Sakit bagaimanapun adalah bentuk kemajuan barat yang dicontoh Kyai Dahlan” terang Rektor yang dikenal terus berupaaya melakukan interkoneksi antara disiplin ilmu, khususnya ilmu-ilmu ke Islaman dan ilmu-ilmu umum tersebut.

Tantangan Dakwah di Internal Muhammadiyah
            Muhammadiyah yang semakin besar dalam arti kuantitas anggotanya dan amal usahanya, namun masih prihatin dengan perimbangan jumlah mubaligh yang masih kurang mencukupi baik secara kuantitas maupun kualitasnya (meskipun data yang akurat belum ada). Hal ini dapat dirasakan adanya momentum peringatan hari-hari besar Islam tertentu dapat dirasakan adanya kekurangan mubaligh ini.
            Kaderisasi yang mengarah pembentukan mubaligh di Muhammadiyah, tidak seimbang dengan kaderisasi aktifis organisasi, amal usaha, dan bidang-bidang lainnya. Bila ini terus berlanjut dan tidak mendapatkan perhatian, maka Muhammadiyah akan mengalami kelangkaan mubaligh sebagai ujung tombak dalam bertabligh. Oleh karena itu tantangan ini hanya dapat dijawab baik formal maupun non-formal, dengan pelatihan dan pengembangan serta peningkatan mubaligh secara tetap.
            Dalam prasarana dan sarana tabligh, apa yang telah dimiliki oleh Muhammadiyah masih pada garis yang minimal. Sebagai contoh perpustakaan yang amat vital bagi prasarana dakwah untuk membekali para mubalighnya (pada zaman KHA Dahlan didirikan Majelis Taman Pustaka sebagai pendamping Majelis Tabligh), meskipun Muktamar ke-43 mengamanatkan masih adanya Majelis Pustaka, namun kebijakan Formatur PP Muhammadiyah justru “membubarkan Majelis Pustaka”. Hal ini dapat dikatakan sebagai langkah mundur bagi Muhammadiyah. Namun alhamdulillah, pada Muktamar Muhammadiyah di Malang belum lama ini dibentuk kembali dengan nama Lembaga Pustaka dan informasi.
            Demikian pula Muhammadiyah yang pernah memiliki surat kabar harian (“Mercu Suar”) kini pun telah mati. Sebagai organisasi dakwah yang besar, sarana dakwah berupa pemancar radio dakwah pun secara resmi tidak punya, apalagi pemancar TV dakwah. Memang hal itu sudah sering dibicarakan, dirapatkan, namun realisasinya belum juga ada.
            Pengkayaan materi dakwah yang berupa "Buku-Buku Pintar” pegangan khusus untuk para mubaligh, dan buku-buku tuntunan praktis bagi warga Muhammadiyah pada khususnya dan umat Islam pada umumnya masih sangat kurang. Oleh karena itu penerbitan yang bersifat sebagai tuntunan dan pengembangan serta peningkatan untuk anggota Muhammadiyah volumenya agar lebih diperbanyak.
            Apabila para mubaligh disadari sebagai ujung tombak Muhammadiyah, maka kesejahteraan hidupnya juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Minimal paling tidak pada segi kesehatannya mendapat perhatian dari Persyarikatan, sehingga para mubaligh Muhammadiyah tetap tegar dan prima.

Tantangan Dakwah di Kalangan Internal Umat Islam
            Sejak Muhammadiyah berdiri sudah mendapatkan tantangan dakwah di kalangan umat Islam sendiri, yaitu menghadapi sinkretisme (syirik & khurafat), bid’ah, dan taqlid buta. Kesemuanya itu penyakit umat yang harus diobati dengan telaten dan serius. Penyakit itu ternyata cukup akut karena sudah “membudaya” di kalangan masyarakat, dan oleh masyarakat dipahami itulah ajaran Islam (sebab belum faham dengan ajaran dari sumber aslinya). Menghadapi hal ini para mubaligh perlu mengambil langkah yang bijak, dengan menggunakan berbagai pendekatan mengadakan pencerahan.
            Dalam menghadapi umat Islam yang belum dan masih sungkan menjalankan syari’at/ibadah (Snouck Hurgronje mengatakan abangan), diperlukan suatu strategi dakwah tersendiri, dengan berbagai pendekatan. Sidang Tanwir Bali berupaya mengenalkan bentuk “Dakwah Kultural”. Adapun yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah, pertama: Dakwah Kultural bukan mendakwahkan kebudayaan, namun dakwah dengan menggunakan pendekatan kebudayaan. Hal ini pun tentunya tidak boleh melanggar prinsip-prinsip ajaran Islam (strategi dan taktik tidak boleh melanggar prinsip).
            Munculnya beberapa kelompok (halaqoh) baru di kalangan umat Islam, juga merupakan tantangan baik bersifat positif maupun negatif. Gerakan dakwah kelompok-kelompok halaqoh yang sejalan dengan Muhammadiyah, dipandang sebagai saudara berkompetisi dakwah “fastabiqul khairat”. Namun bagi berbagai halaqoh yang mengamalkan bid’ah, khurafat, syirik, taqlid, apalagi mengajarkan faham yang menyimpang dari Islam, maka mubaligh Muhammadiyah bertugas untuk mengkonter, dan menyelamatkan umat dari kesesatan. Untuk menghadapi kelompok-kelompok halaqoh ini, para mubaligh Muhammadiyah harus disiapkan benar-benar, dengan memberikan bekal pengenalan terhadap berbagai halaqoh, dan bagaimana cara-cara mengatasinya (baik untuk berkompetisi positif, maupun untuk mengkonternya).
Menghadapi Tantangan Dari Eksternal Umat Islam
            Tantangan eksternal yang dihadapi oleh gerakan dakwah Muhammadiyah amatlah banyak dan kompleks. Dari banyak tantangan itu, yang paling menonjol di antaranya ialah gerakan Misi dan Zennding (Kristenisasi), gerakan New Left (yang berlandaskan Marxisme/Komunisme), serta beberapa aliran kebatinan/kepercayaan.
            Gerakan Misi dan Zennding merupakan kristenisasi yang terencana dan rapi, didukung dengan dana dari dalam dan luar negeri, yang bertujuan jelas untuk memurtadkan umat Islam di Indonesia. Gerakan kristenisasi ini telah dialami sejak Muhammadiyah lahir sampai masa kini. Jaringan kristenisasi menggunakan prasarana dan sarana yang cukup modern dan didukung oleh tenaga-tenaga ahli pada bidangnya. Mereka telah memiliki pemancar radio misi dan zennding yang ditempatkan pada kota-kota yang strategis yang jangkauannya sampai ke desa-desa. Apabila diijinkan, mereka pun telah siap memiliki TV Rohani (di Kataketik Jogjakarta). Penyiaran melalui majalah dan surat kabar (yang besar; Kompas dan Suara Pembaharuan).
            Missionaris Katolik memiliki para penggembala khusus generasi muda, dan pembinaan lingkungan (kring) yang terstruktur rapi, didukung bantuan sosial ekonomi. Sasaran mereka semua adalah masyarakat Islam yang masih awam, sedangkan untuk para cendikiawannya mereka gunakan lembaga-lembaga dialog keakraban, sehingga dengan mudah memikat dan mengadakan brand-washsed terhadap pemikiran cendikiawan kita yang lemah aqidahnya.
            Gerakan kristenisasi terselubung juga dilakukan melalui beberapa LSM yang medapatkan bantuan luar negeri, yang secara strategis berupaya melumpuhkan dan melecehkan beberapa ajaran Islam. Dalam hal ini yang membahayakan adalah tersedotnya elemen-elemen di kalangan umat Islam mengikuti langkah-langkah strategis mereka itu.
            Dalam menghadapi gerakan kristenisasi ini harus ada komisi khusus yang terintegrasi di kalangan Muhammadiyah (tidak hanya Majelis Tabligh sendiri). Khusus untuk para mubaligh Muhammadiyah dalam menghadapi ini diperlukan pembekalan tentang “Kristologi”, dan argumentasi dialog untuk mematahkannya. Pada akhir-akhir ini dirasakan Muhammadiyah sedikit terlena dalam menghadapi kristenisasi, padahal gerakan itu terus berjalan secara aktif memurtadkan kaum muslimin. Oleh karena itu, mulai sekarang Muhammadiyah harus bangkit kembali untuk menghadapi gerakan kristenisasi, dengan membentuk komisi khusus.
            Pada era reformasi digunakan oleh kaum komunis untuk come-back dengan jalan mempopulerkan kembali ajaran Marxisme-Komunisme di kalangan generasi muda (dengan menterjemahkan buku-buku Kiri). Di samping itu, meracuni generasi muda dengan memutar-balikan sejarah tahun 1965 dengan membersihkan nama PKI yang telah berontak. Mereka megadakan training-training perjuangan komunis untuk Indonesia, dengan mengobarkan pembelaan pada rakyat miskin. Adapun lembaga yang digunakan memakai bentuk dan nama organisasi yang berbeda-beda, namun punya hubungan benang merah yang sama, sedangkan induknya pada PRD. Kempanye mereka efektif dan menarik generasi muda, bahkan tidak sedikit generasi muda di kalangan Muhammadiyah yang tertarik. Beberapa mahasiswa perguruan tinggi di kalangan Muhammadiyah juga sering dimasuki oleh mereka.

Revitalisasi Dakwah Muhammadiyah
            Revitalisasi dakwah Muhammadiyah merupakan proses penguatan kembali langkah-langkah dakwah baik yang bersifat kuantitas maupun kualitas dalam seluruh aspek kehidupan menunju terwujudnya kehidupan yang Islami. Peningkatan intensitas dan kualitas dakwah Muhammadiyah tersebut termasuk satu agenda penting yang diamanatkan oleh Muktamar ke-45 tahun 2005 di Malang. Dalam jangka panjang (2005-2025), dengan intensitas (kuantitas) dan kualitas dakwah Muhammadiyah yang semakin tinggi dan maju, diharapkan agar dakwah Muhammadiyah benar-benar berpengaruh langsung dalam membentuk kehidupan masyarakat yang Islami. Dengan kehidupan masyarakat yang Islami maka akan terbentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
            Revitalisasi dakwah Muhammadiyah pada saat ini dan masa datang menjadi sangat penting mengingat berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi. Pertama, masalah-masalah yang tumbuh di masayarakat semakin kompleks dan meluas seperti krisis moral di berbagai bidang kehidupan, kekerasan dalam bermacam-macam bentuk, perilaku sosial yang semakin beraneka-ragam lepas atau semakin menjauh dari nilai-nilai keagamaan, penindasan manusia atas manusia dalam beragam corak, pengrusakan lingkungan dan alam kehidupan yang semakin semena-mena, dan berbagai penyakit kehidupan lainnya dari yang terselubung hingga terang-terangan. Itulah gambaran dari kehidupan yang anomali (penuh penyimpangan) dan mengalami disorientasi (keterputusan nilai dan arah kehidupan), sehingga manusia semakin menyerupai perilaku hewan yang buas tetapi cerdik, bahkan dalam Al-Quran dikatakan ”bal hum adhallun”, malahan jauh lebih ganas ketimbang binatang.
            Kedua, semakin berkembangnya berbagai pemikiran yang kestrem atau radikal dari yang cenderung radikal konservatif-fundamentalistik hingga radikal liberal-sekularistik, yang menimbulkan pertentangan yang kian tajam dan hingga batas tertentu kehilangan jangkar teologis dan moral yang kokoh dalam menghadapi gelombang kehidupan modern yang dahsyat. Setiap radikalisme atau ekstrimitas apapun bentuknya selalu melahirkan ketimpangan dan mengundang banyak benturan. Ekstrem konservatif memang memberi peneguhan pada kemapanan beragama, tetapi menjadi naif dan kehilangan kecerdasan dalam menghadapi kehidupan yang serba kompleks. Esktrem liberal memberi horizon yang cerdas atau luas tetapi sering kehilangan pijakan nilai dan moral yang kokoh sehingga memberi ruang pada sekularisasi bahkan nihilisme kehidupan. Di sinilah pentingnya wawasan baru pemikiran dan gerakan dakwah Muhammadiyah yang berdimensi pemurnian (purifikasi) sekaligus pembaruan (tajdid, dinamisasi) yang harus semakin kaya (bergizi tinggi) tanpa harus terseret pada polarisasi yang ekstrem.
            Ketiga, semakin berperan dan meluasnya para juru dakwah kontemporer di media massa elektronik dan majelis-majelis taklim yang mempengaruhi ruang publik umat sedemikian rupa. Kehadiran dakwah media-elektronik dan majelis-majelis taklim maupun majelis-dzikir yang menguasai ruang publik umat dan masyarakat saat ini seungguh merupakan fenomena baru yang berhasil menggeser peran-peran dakwah konvensional yang selama ini dilakukan oleh organisasi-organisasi Islam besar seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Persatuan Islam, Dewan Dakwah Islam Indonesia, Al-Irsyad, dan lain-lain. Memang fenomena dakwah kontemporer tersebut merupakan hal positif dan bahkan dapat dijadikan kekuatan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiq al-khairat). Namun di sisi lain juga memunculkan dampak berupa agama yang cenderung ”instan”, tak ubahnya obat generik yang sekadar memblok rasa sakit. Tetapi dakwah yang seperti itu apapaun kekurangannya kini jauh lebih populer dan mengalahkan model-model dakwah maupun sosok juru dakwah gaya lama. Di sinilah pentingnya pembaruan model dakwah Muhammadiyah di tengah tuntutan pasar yang sedemikian dihinggapi budaya populer tetapi harus bersifat mencerdaskan, mencerahkan, dan membebaskan.
            Keempat, semakin berperannya media massa baik cetak apalagi elektronik dalam mempengaruhi, membentuk, dan mengubah orientasi hidup manusia modern saat ini. Dengan kata lain media massa modern tersebut sebenarnya telah menjelma menjadi ”organisasi dakwah” yang berwajah lain, sekaligus menjadi pesaing tangguh organisasi-organisasi dakwah Islam yang selama ini berkiprah di belantara kehidupan umat dan masyarakat. Pengaruh dan daya jelajah media massa bahkan sangat spektakuler, sehingga dalam hitungan detik per detik dapat menjangkau setiap relung kehidupan manusia di mana pun dan kapan pun tanpa harus permisi atau minta idzin. Televisi misalnya secara anarkhis atau bebas sebebas-bebasnya dapat langsung mengunjungi balita, remaja, orangtua, dan sispapun tanpa harus ketuk pintu. Hal itu sangat berbeda dengan kegiatan dan langkah organisasi dakwah yang konvensional, yang datang ke rumah siapapun harus minta idzin terlebih dulu. Televisi bukan hanya dapat dengan sekejap membangkitkan orang untuk hidup, tetapi pada saat yang sama dapat membunuh orang tanpa prosedur apapun. Di sinilah kedahsyatan peran media massa modern, yang menjadi lawan tanding gerakan-gerakan dakwah, sekaligus sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai alat dakwah paling canggih.
            Mengingat berbagai masalah, tantangan, dan kecenderungan yang demikian kompleks tersebut maka sungguh sangat mendesak bagi Muhammadiyah untuk meningkatkan dan memperbarui sistem dakwahnya secara menyeluruh. Langkah-langkah pembenahan dan pembaruan harus dilakukan, antara lain melalui sejumlah agenda penting: (1) Pembaruan sistem dakwah meluputi tinjauan ulang dan perumusan pemikiran, konsep, dan model dakwah secara simlultan; (2) Penyiapan tenaga-tenaga atau juru dakwah di berbagai level yang berkualitas baik dari segi komitmen, kemampuan, pengalaman, dan keahlian; (3) Penguatan infrastruktur dakwah meliputi pengadaan daya dukung sarana, prasarana, dana, dan instrumen-instrumen lain untuk meyukseskan pelaksanaan program dan kegiatan; (4) Memperkuat dan memperluas jaringan ke berbagai pihak, selain membangun sinergi dan soliditas ke dalam, yang dapat memperluas daya sentripetal gerakan dakwah; dan (5) Memperkuiat dan memperluas aksi-aksi dakwah yang bersifat langsung baik ke tingkat masyarakat menengah dan elite maupun massa-bawah atau akar-rumput dengan pendekatan-pendekatan baru yang lebih tepat-sasaran sebagaimana spirit dakwah kultural dengan menghindari cara-cara dakwah yang konfrontatif sebagaimana selama ini sering mewarnai langkah dakwah di sebagian kalangan Persyarikatan tanpa harus mengorbankan prinsip-prinsip ajaran Islam yang menjadi paham Muhammadiyah.
            Karena itu kini sangat diperlukan menggerakkan seluruh potensi Muhammadiyah untuk kepentingan revitalisasi dakwah yang demikian mulia, penting, dan strategis bagi masa depan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan. Mengemban dakwah yang berkualitas berarti meneladani sekaligus melangsungkan risalah dakwan Nabi Muhammad untuk membawa misi Rahmatan lil-‘Alamin di muka bumi ini. Maka sudah tak ada waktu lagi untuk centang peranang, apalagi gaduh dengan soal-soal sepela. Mari bangkitkan kembali ruh atau sukma dakwah Muhammadiyah ke arah yang lebih maju dan maslahat bagi kehidupan. Insya Allah selalu banyak jalan terbentang bagi siapapun yang mau bersungguh-sungguh. Man jahada fîna lanahdiyannahum subûlana.

BAB III
PENUTUP
            Seluruh tantangan dakwah yang terdeteksi dalam makalah pendek ini hanyalah sebagian saja dari beberapa tantangan yang dihadapi dalam gerakan dakwah Muhammadiyah. Dari itu semua yang penting adalah ketegaran dan keseriusan pada mubaligh Muhammadiyah dalam menghadapi tantangannya itu. Tegar dalam menghadapi tantangan itu ialah tidak takut, tidak patah semangat, justru harus sebaliknya punya ruhuh Jihad yang tinggi, dan tangguh dalam menggerakan dakwahnya. Adapun serius ialah dipersiapkan yang jitu, logika dan retorika yang menarik, serta bahasa yang menyentuh Qolbu. Dengan demikian itu, insyaAllah para mubaligh Muhammadiyah akan tahan bentingan dan dicintai oleh masyarakat, serta punya karakter dan kewibawaan yang tangguh.


Fitri Nurhayati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar