Bercermin dari tokoh perintis
Sosok gagah nan ideal sebagai penggagas kemuhammadiyahan. Akrab kita kenal dengan nama K.H. Ahmad Dahlan. Ide -idenya yang membawa perubahan secara revolusioner mulai dari sistem pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik. Ahmad Dahlan menyaksikan polemik masyarakat Yogyakarta yang dipandang tidak sesuai dengan jiwa ajaran islam. Kondisi obyektif umat islam waktu itu berada dalam keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan. Sedangkan bangsa Indonesia berada dalam cengkeraman penjajahan. Kondisi obyektif semacam itu semakin member dorongan padanya untuk melakukan perubahan atas kondisi yang buruk itu . Dengan menengok pada khasanah pembaharuan di dunia islam, maka ia mewujudkan dorongan itu kedalam cita-cita
membangaun sebuah gerakan islam yang mampu memperbaharui kehidupan masyarakat. Dengan didorong oleh koleganya maka terbentuklah suatu organisasi islam yaitu muhammadiyah pada 8 Dzulhijjah 1330 atau bertepatan tanggal 18 November 1912.
membangaun sebuah gerakan islam yang mampu memperbaharui kehidupan masyarakat. Dengan didorong oleh koleganya maka terbentuklah suatu organisasi islam yaitu muhammadiyah pada 8 Dzulhijjah 1330 atau bertepatan tanggal 18 November 1912.
Menyaksikan keberhasilan Ahmad Dahlan dalam membentuk organisasi islam menjadikannya sebagai sosok pemimpin yang dapat menyetarakan masyarakat golongan menengah kebawah dengan masyarakat golongan atas waktu itu, kita dapat bercermin sudahkah para pemimpin kita melakukan hal yang sama? Keberhasilan seo rang pemimpin tidak hanya diukur dari seberapa banyak programnya sudah terlaksana, namun seberapa besar program tersebut dapat berpengaruh terhadap orang lain.
Kepemimpinan yang ada pada diri Ahmad Dahlan sesungguhnya lahir dari sebuah proses internal (leadership from the inside out ), bukan dari pangkat ataupun jabatan yang disandangnya. kepemimpinan datang dari sebuah proses yang panjang, yaitu dari perubahan karakter atau transformasi internal. Begitu juga dengan para pemimpin kita yang lain. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungan , dan ketika keberadaannya membawa perubahan dalam lembaga. Pada saat itulah seseorang lahir menjadi pe mimpin sejati.
Hal ini juga diperkua t oleh gagasan Tannebaum, Weschler and Nassarik:1961 yang mengatakan bahwa kepemimpinan pada dasarnya adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu . Sejalan dengan Tannebaum maka muncul pemikiran dari R auch & Behling:1984 yang memperkuat bahwa kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama .
Dalam kesempatan ini penulis akan membahas mengenai kepemimpinan ideal yang kita rindukan sebagai mahasiswa dan seluruh civitas akademika serta warga kampus lainnya.. Sehingga peran dan tugas mahasiswa sebagai agent of change dapat tercapai dan membawa dampak yang positif. Pemimpin kita yang ideal saat ini di UMP biasa kita sapa dengan sebutan “rektor”. Untuk menjadi pemimpin dan orang pertama di suatu perguruan tinggi tidaklah mu dah. Perlu pertimbangan bersama untuk memutuskan suatu kebijakan. Bukan menganut sistem otorite r dimana pihak yang memiliki kekuasaanlah yang menang. Hal ini juga sejalan dengan prinsip muhammadiyah, bahwa dalam menetukan seorang pemimpin harus berdasarkan musyawarah mufakkat.
Pemilihan Rektor di UMP
Disadari atau tidak, pemilihan rektor memiliki makna penting bagi keluarga besar Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jabatan puncak, dengan segala kewenangan yang diejawantahkan dalam berbagai kebijakan strategis yang dilakukan rektor tentunya akan membawa maju mundurnya universitas kedepan. Kesalahan dalam mengambil kebijakan tentunya akan merugikan be rbagai pihak. Begitu pula dengan kebijakan yang tepat tentunya akan membawa kemaslahatan bagi keluarga besar UMP.
Universitas Muhammadiyah yang notabene masih tergolong perguruan tinggi berkembang hingga saat ini sudah mengalami pergantian rektor sebanyak 8 periode. Memulai perjalanannya dibawah pimpinan pertamanya yaitu Drs. H. Djarwoto Aminoto (1968-1976) kemudian habis masa jabatan dan digantikan oleh Drs . H. Syamsuhadi Irsyad (1976-1988), berlanjut kemudian habis masa jabatan dan kembali lagi dipimpin oleh Drs. H. Djarwoto Aminoto (1988-1997). Kemudian periode ke -4 dipegang oleh Prof. Dr. H. Max Darsono (1997-1998), dilanjutkan Ir. H. Purwito, Ms (Pjs 1998 -1999), periode berikutnya dipegang oleh Dr. H. Djoko Wahyono, S.U., Apt beliau menjabat selama dua periode berturut-turut (1999-2003 dan 2003-2007). Kemudian rektor periode kali ini dijabat oleh Drs. H. Syamsuhadi Irsyad, S.H.,M.H (2007-2011).
Rektor seperti apa yang diharapkan mahasiswa?
Dengan segala per an dan tanggung jawab yang dipikul, idealnya rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto menjadi seorang pe mimpin yang mumpuni dibidangnya . Harus berorientasi melayani, meninggalkan kepentingan-kepentingan golongan dalam merumuskan kebijakan yang dapat menguntungkan bersama . Dalam mengemban tugas haruslah memiliki karakteristik yang bersih di setiap tindakan, visioner pada perubahan yang membangun dan action untuk terus berkontribusi, professional dari sisi akademis maupun managerial institusi. Rektor harus bisa mengayomi mahasiswa dan membangun suasana akademik yang harmonis, tanpa menghilangkan daya kritis mahasiswa yang tumbuh alami di organisasi kampus. Sehingga mampu menjalin kerj asama yang elegan dan egaliter dengan semua pihak yang terkait dengan universitas seperti dose n, karyawan, dan mahasiswa.
Seorang rektor tidaklah hanya sebatas konseptor belaka. Namun juga sebagai pel aku pendidikan yang mengeluarkan kebijakan, menunjukkan keberpihakannya pada golongan menengah kebawah. Seperti yang sedang digencarkan sekarang ini yaitu permasalahan biaya pendidikan yang memberatkan golongan menengah kebawah. Banyak kalangan yang belum mampu mengenyam pendidikan secara merata. Disinilah rektor sangat berperan dalam menentukan pemerataan pendidikan. Bukannya hanya menyetujui semua kebijakan atasan seperti dibentuknya UU BHP yang secara g amblang memberatkan mahasiswa . Itu hanyalah sebagai contoh kecil saja.
Diatas telah disebutkan bagaimana idealnya seorang rektor. Sebagai penyempurna maka seorang rektor harus mempunyai program -program kerja yang dapat menunjang kemajuan universitas. Diantaranya dengan meningkatkan mutu pendidikan. Univ ersitas Muhammadiyah Purwokerto memiliki Lembaga Jaminan Mutu (LJM) yang tugasnya meningkatkan mutu pendidikan di UMP. Dengan adanya lembaga tersebut rektor hendaknya memaksimalkan peran dan fungsinya, sehingga output yang dihasilkan lebih kompeten dalam b idangnya masing -masing.
Program pembangunan fisik yang sekarang gencar sangat mendukung proses perkuliahan nantinya. namun hal ini tidak sejalan dengan kebutuhuan primer dan sekunder untuk kemajuan universitas. Terbukti dengan pembanguna fisik yang maksim al namun menyisihkan mutu pendidikan yang ada. Sebagai contoh proses akreditasi di masing - masing fakultas oleh BAN -PT yang belum merata. Penilaian sarana dan prasarana hanya mempunyai nilai 20 %, proses pembelajaran 50 %, dan out put 30 %. Hal ini menunjuk kan bahwa seharusnya mutu pendidikan lebih diutamakan dari pada bangunan fisik.
Kesempatan menjadi rektor
Penulis katakan bahwa seandainya penulis diberi kesempatan untuk menjadi rektor, memimpin kampus yang megah berda sarkan syariah islam tidaklah mudah. Harus memenuhi syarat dan kriteria yang sudah digariskan. Namun seb agai pemimpin, penulis akan menjalankan tugas dengan baik sebagaimana rektor ideal seperti yang sudah dijelaskan diatas. M enjaga jangan sampai orang yang membe ri kepercayaan dan tugas merasa kecewa, menyesal karena tidak puas dengan pelayanannya. Selalu merasa takut jika ada orang yang kecewa dengan apa yang ia berikan. Sebaliknya, dalam hidup ini kita menyukai jika orang lain senang dengan apa yang kita lakukan .
Sebagai rektor di UMP, nantinya harus mem punyai tekad untuk selalu bekerja, jika apa yang di perjuangkan belum berhasil. Terlebih tanggung jawab ini be rkaitan dengan kehidupan masyarakat di masa depan karena memimpin suatu lembaga pendidikan yang menyangkut kepentingan kalangan masyarakat . Kerja keras tidak saja dilakukan dalam menunaikan amanah tatkala menjabat, tetapi sampai semampu kita untuk bekerja keras. Pekerjaan atau profesi di dunia pendidikan hendaknya tidak ditunaikan sebatas upaya mencari uang saja.
Oleh karena itu perlu evaluasi untuk pemilihan rektor periode berikutnya. Agar program-program yang ditawarkan nantinya dapat menciptakan kesejahteraan bersama . Sebagai wujud amal usaha muhammadiyah maka pemilihan rektor tidak berdasar hak prerogatif semata namun berdasarkan musyawarah mufakat , serta konsisten dengan apa yang sudah menjadi kesepakatan bersama.
Oleh Fitri Nurhayati
dalam lomba penulisan essay "Andai Aku Jadi Rektor"
tingkat universitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar