Program studi PGSD sedang menjadi perimadona dikalangan masyarakat, menjadi kendala bagi sebagian calon mahasiswa baru PGSD. Pasalnya kuota yang disediakan oleh Universitas hanya berkisar 200 kursi mahasiswa baru, sedangkan jumlah pendaftar pada gelombang II saja sudah mencapai 1096 pendaftar, belum lagi nanti tambahan pada gelombang III. Sehingga peluang untuk diterima sangat sedikit. Hal semacam itu yang ditakutkan Lisza (Pemalang) salah satu calon mahasiswa baru PGSD. Persaingan yang begitu ketat menjadikan sejumlah kalangan berlomba-lomba untuk lebih unggul dalam hal financial (sumbangan sukarela). Baginya berapapun biayanya tidak menjadi masalah untuk diterima diprogram itu tapi kuota yang tidak memungkinkan. Isu yang beredar, Universitas mematok sumbangan sukarela minimal Rp. 7.500.000,-
(Lisza). Tapi panitia PMB menyanggah isu tersebut. Beliau mengharapkan agar orang tua dari calon mahasiswa baru untuk tidak mempercayai isu yang beredar selain dari panitia PMB. Bu Eti (orang tua calon mahasiswa baru PGSD) juga mengeluhkan hal demikian. Dengan sumbangan yang tidak sedikit dan jumlah rata-rata nilai yang kurang memenuhi standar, beliau merasa keberatan untuk memasukkan anaknya keprodi PGSD. Sebenarnya UMP sudah mengusahakan penambahan kuota atau daya tampung calon mahasiswa baru, namun setelah dipertimbangkan bersama oleh pihak birokrasi, rencana itu tidak jadi digolkan. Tambah ketua panitia penerimaan mahasiswa baru (Agus Mulyadi)
Terkait dengan sumbangan yang menjadi momok tersendiri bagi sebagian masyarakat golongan bawah maka Universitas mempunyai mekanisme untuk menyeleksi calon mahasiswa baru. Diantaranya tes tertulis dan tes khusus yang meliputi tes wawancara dan tes kesehatan, berkaitan dengan sumbangan, ada perhitungannnya sendiri. Tes potensi akademik yang didalamnya menguji tingkat kecerdasan calon mahasiswa. Kemudian dilanjutkan tes khusus yang meliputi tes kesehatan, keagamaan, pengetahuan umum, dan tes kepribadian. Banyak calon mahasiswa yang dinyatakan lulus TPA namun tidak lulus pada tes khususnya. Universitas mempertimbangakan calon mahasiswa yang benar-benar memenuhi standar nilai dan dilihat dari keadaan finansialnya.
Dengan biaya yang cukup menggelumbung dibanding prodi lain, mahasiswa PGSD sudah merasakan kepuasan dengan pelayanan kampus. Baginya tidak menjadi masalah dengan perbedaan biaya dan mendapat fasilitas yang sama (Mitha) mahasiswa PGSD 2008. Sumbangan sedikit mungkin berpengaruh diterima atau tidaknya calon mahasiswa baru PGSD.
Namun bagi presiden BEM (Masrun) ruangan PGSD masih kurang, dosennya juga masih perlu dipluskan. Baginya pihak Universitas lebih memanjakan prodi baru yang mungkin lebih membawa keuntungan besar. Beliau berharap Universitas juga memperhatikan program studi yang lain. Dengan biaya yang lebih besar disbanding prodi lain, beliau juga mengharapkan pihak kampus untuk memenuhi fasilitas yang dibutuhkan bagi program studi yang bersangkutan.
Tidak dipungkiri, UMP sebagai Perguruan Tinggi swasta sangat membutuhkan tambahan dana untuk memajukan universitas. Dan PGSD yang memberikan masukan cukup banyak untuk pembangunan. Yang sudah terealisasikan adalah gedung untuk PGSD sendri nyang sekarang sedang dalam proses pembangunan. Dari sumbangan mahasiswa baru, universitas juga menyisihkan untuk pendidikan lanjutan bagi para dosennya, ungkap Wakil Rektor I Drs. H. Sutomo, Msi. Pihak birokrasi sedang memaksimalkan fasilitas yang dibutuhkan. Namun yang disayangkan tidak ada transparansi dana dari universitas deengan hasil sumbangan dari mahasiswa baru. Sumbangan yang sudah masuk minimal Rp. 3.000.000,- dan maksimal sumbangan yang sudah masuk adalah Rp. 12.000.000,- dari calon mahasiswa baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar