BANYAK pengusaha yang
memilih cara instan untuk mengembangkan bisnisnya. Satu diantaranya dengan franchise
yang terbilang mudah dan menguntungkan. Mereka cukup menyiapkan modal dan
segala sesuatunya sudah disiapkan oleh pemilik usaha.
Tidak hanya itu,
biasanya bisnis yang di-franchise-kan cenderung langsung laris. Namun
hal ini tidak menjadi pilihan bagi Suloso, pemilik Soto Jalan Bank.
Melanjutkan bisnis
keluarga di bidang kuliner sejak tahun 1978, membuat pria yang akrab disapa Pak
Loso ini hafal betul dengan keinginan pelanggan. Bahkan satu per satu pelanggan
dikenalnya, karena secara rutin berkunjung untuk makan soto.
Dulu, manajemen usaha
yang diterapkan masih bersifat klasik atau apa adanya. Namun, setelah
berkembang dan dipercaya untuk mengelolanya, maka dia mulai menata manajemen
dengan rapi.
"Awal buka
warung ini masih berukuran 4x6 meter, strategi penjualannya pun masih terbilang
sederhana. Sekarang sudah berkembang menjadi dua tempat yang bisa menampung
hingga 120 orang," kata Suloso.
Dikatakannya, waktu
itu, soto buatannya belum banyak dikenal masyarakat, sehingga dalam sehari ia
hanya bisa menghabiskan empat hingga enam ekor ayam kampung.
Berbeda dengan
sekarang yang bisa mencapai 20 hingga 25 ekor per hari. Bahkan pada musim
lebaran bisa menghabiskan 100 ekor.
Soto jalan bank milik
Pak Laso dikenal hingga ke berbagai penjuru kota. Karena rasanya yang enak dan
menimbulkan kesan tersendiri bagi pelanggan yang mencicipi. Untuk mendapatkan
rasa yang pas seusai lidah orang Banyumas, Loso menggunakan bumbu tradisional
yang dipertahankan sejak awal berdirinya usaha.
Pengolahan dari awal
dilakukannya sendiri, bahkan sampai sekarang saat ia sudah mempekerjakan banyak
karyawan. Hal ini dia pertahankan demi menjaga keaslian resep dan rasa. Karena
itujugalah dia tidak tertarik untuk menerapkan franchise soto jalan
bank. Kata dia, yang namanya soto jalan bank hanya ada di warungnya, bukan di
tempat lain.
Menurutnya, dengan
mempertahankan rasa yang ajeg, maka rasa yang dihadirkan akan menjadi
kekhasan. Usaha ini tidak dikomersilkan dengan franchise, karena
ditakutkan nantinya akan mengubah selera dan rasa yang dihasilkan.
Bahkan saat ini
sotonya telah didaftarkan ke HAKI, pemotongannya sudah mendapat izin MUI, dan
sertifikat rumah makan perak dari Semarang. Dengan adanya izin tersebut, Laso
berharap kian mendatangkan kepercayaan kepada masyarakat.
Melalui soto pula,
Pak Laso telah meraup banyak keuntungan hingga ia berkesempatan untuk berhaji
pada tahun 2004 lalu. Tidak hanya itu, ia juga menguliahkan ketiga anaknya
hingga lulus sarjana, sedang dua anaknya yang lain fokus membantunya di warung.
Dengan begitu, Laso juga sedang memersiapkan generasi penerus untuk melanjutkan
bisnis keluarga ini. (Fitri nurhayati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar