Kamis, 23 Mei 2013

Tak Tertarik Franchise Meski Menguntungkan



Figur bisnis
Suloso, pemilik Soto Jalan Bank
BANYAK pengusaha yang memilih cara instan untuk mengembangkan bisnisnya. Satu diantaranya dengan franchise yang terbilang mudah dan menguntungkan. Mereka cukup menyiapkan modal dan segala sesuatunya sudah disiapkan oleh pemilik usaha.

Tidak hanya itu, biasanya bisnis yang di-franchise-kan cenderung langsung laris. Namun hal ini tidak menjadi pilihan bagi Suloso, pemilik Soto Jalan Bank.

Melanjutkan bisnis keluarga di bidang kuliner sejak tahun 1978, membuat pria yang akrab disapa Pak Loso ini hafal betul dengan keinginan pelanggan. Bahkan satu per satu pelanggan dikenalnya, karena secara rutin berkunjung untuk makan soto.

Dulu, manajemen usaha yang diterapkan masih bersifat klasik atau apa adanya. Namun, setelah berkembang dan dipercaya untuk mengelolanya, maka dia mulai menata manajemen dengan rapi.

"Awal buka warung ini masih berukuran 4x6 meter, strategi penjualannya pun masih terbilang sederhana. Sekarang sudah berkembang menjadi dua tempat yang bisa menampung hingga 120 orang," kata Suloso.

Dikatakannya, waktu itu, soto buatannya belum banyak dikenal masyarakat, sehingga dalam sehari ia hanya bisa menghabiskan empat hingga enam ekor ayam kampung.

Berbeda dengan sekarang yang bisa mencapai 20 hingga 25 ekor per hari. Bahkan pada musim lebaran bisa menghabiskan 100 ekor.

Soto jalan bank milik Pak Laso dikenal hingga ke berbagai penjuru kota. Karena rasanya yang enak dan menimbulkan kesan tersendiri bagi pelanggan yang mencicipi. Untuk mendapatkan rasa yang pas seusai lidah orang Banyumas, Loso menggunakan bumbu tradisional yang dipertahankan sejak awal berdirinya usaha.

Pengolahan dari awal dilakukannya sendiri, bahkan sampai sekarang saat ia sudah mempekerjakan banyak karyawan. Hal ini dia pertahankan demi menjaga keaslian resep dan rasa. Karena itujugalah dia tidak tertarik untuk menerapkan franchise soto jalan bank. Kata dia, yang namanya soto jalan bank hanya ada di warungnya, bukan di tempat lain.

Menurutnya, dengan mempertahankan rasa yang ajeg, maka rasa yang dihadirkan akan menjadi kekhasan. Usaha ini tidak dikomersilkan dengan franchise, karena ditakutkan nantinya akan mengubah selera dan rasa yang dihasilkan.

Bahkan saat ini sotonya telah didaftarkan ke HAKI, pemotongannya sudah mendapat izin MUI, dan sertifikat rumah makan perak dari Semarang. Dengan adanya izin tersebut, Laso berharap kian mendatangkan kepercayaan kepada masyarakat.

Melalui soto pula, Pak Laso telah meraup banyak keuntungan hingga ia berkesempatan untuk berhaji pada tahun 2004 lalu. Tidak hanya itu, ia juga menguliahkan ketiga anaknya hingga lulus sarjana, sedang dua anaknya yang lain fokus membantunya di warung. Dengan begitu, Laso juga sedang memersiapkan generasi penerus untuk melanjutkan bisnis keluarga ini. (Fitri nurhayati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar