Rusly Albas |
WAJAH sumringah selalu
ditampilkan Rusly setiap kali berjumpa dengan koleganya. Ia selalu tersenyum
meski tekanan kerja yang dialaminya cukup tinggi. Mengingat jabatannya sebagai
Deputi Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Purwokerto mengharuskan dirinya
selalu bekerja ekstra. Hal inilah yang menjadikan Rusly selalu disegani stafnya
sehingga ia dikenal dengan pribadi yang ramah.
Pemilik nama lengkap Rusly
Albas ini mengawali karir di tanah kelahirannya, Lhokseumawe. Menjabat posisi
strategis di BI sebenarnya bukanlah cita-cita sejak kecil. Pria kelahiran 5
April 1959 ini sejak kecil berkeinginan masuk militer.
Setelah menamatkan
sekolah di SMAN Lhokseumawe, Rusly remaja mendaftarkan diri ke AKABRI. Sayang,
usahanya gagal saat menjumpai ujian terakhir.
Jiwa mudanya waktu itu
masih menggebu sehingga ia melanjutkan pencarian kariernya di setiap lini.
Kebetulan, kata dia, BI Lhokseumawe membuka lowongan pekerjaan.
"Dengan bermodal
ijazah SMA tentu tidak cukup untuk mendapat jabatan strategis di BI. Saya
dipekerjakan di sana tapi sebagai satpam. Tapi itu sama sekali tak masalah bagi
saya," kata Rusly mengenang perjalanan karirnya.
Selama 15 tahun, Rusly
muda menjalani hari-harinya duduk di pos security. Menerima tamu kemudian
mengantarnya masuk ruangan serta memberi pelayanan layaknya satpam yang lain.
Seperti tak pernah patah semangat, ia berusaha keras untuk bisa melanjutkan
pendidikan agar bisa mengubah nasib.
Sembari bekerja, pria
berkacamata ini melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Malikussaleh yang kini telah berganti nama menjadi Universitas Malikussaleh.
Hingga tahun 1989, ia berhasil meraih gelar sarjana dan menjadi kebanggaan
tersendiri. Betapa tidak, gelar ini didapat dari hasil kerja kerasnya sembari
terus berjaga di pos.
Keinginannya untuk
mengubah nasib seolah menemui titik terang hingga dua tahun kemudian ia naik
jabatan menjadi staf BI dan ditempatkan di Sibolga, Sumatera Utara.
"Waktu itu ada
promosi jadi saya ikut seleksi dan alhamdulillah diangkat sebagai staf. Jadi seragam
saya ganti, nggak lagi pakai baju satpam," kata dia.
Pertama kali bertugas
di Sibolga, ia dipercaya menjadi kepala operasional kas dan sumber daya. Hingga
tahun 2002 dipindahkan ke BI Banda Aceh dengan posisi yang sama. Loyalitas
dalam bekerja ditunjukkannya sehingga prestasi pun didapat sebagai bentuk
hadiah dari kinerja selama itu.
Tepat tanggal 1 Juli
2004, suami Nurhayati Budiman tersebut kembali ditugaskan ke Lhokseumawe
sebagai kepala seksi. Tempat ini merupakan kampung halaman tercintanya hingga
ia bertekad agar bisa memberi manfaat di daerah asal. Kariernya di sini terus
naik hingga 15 Oktober 2008, ia naik jabatan menjadi Deputi di Kantor BI
Lhokseumawe.
Berkarier di lembaga
milik negara seolah membawanya keliling negeri untuk melakukan tugas. Sampailah
Rusly di Purwokerto, yang untuk pertama kalinya, dia ngantor di Kota Keripik.
Meski sebelumnya, ia pernah bertandang sebentar saja untuk menjalankan tugas.
"Secara pribadi,
saya berharap keberadaan saya dapat benar-benar menjalankan tugas yang
dipercayakan lembaga sebagai amanah. Sehingga dapat melayani masyarakat sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab," ujar dia.
Amanah baginya adalah
sesuatu yang mudah diucapkan namun sejatinya berat dalam implementasinya. Hal
ini dikarenakan pertanggungjawaban amanah bukan hanya kepada lembaga saja,
tetapi kata Rusly, hakikatnya adalah di yaumil mahsyar di hadapan mahkamah
Allah SWT.(nurhayatipipit@gmail.com)
Tsunami
yang Sisakan Banyak Cerita
TSUNAMI Aceh tidak
hanya menjadi catatan sejarah bagi bangsa Indonesia. Namun juga menyisakan
pengalaman yang mengakar dalam benak Ruly Albas.
Saat itu, selama dua
hari, ia sempat lost contact dengan keluarga. Anak, istri, beserta keluarga
besarnya ada di Aceh, sedangkan ia baru saja terbang ke Yogyakarta untuk perjalanan
dinas.
"Saat terjadi
gempa, saya masih ada di Bandara Malikussaleh mau ke Yogyakarta. Saat itu, ada
sembilan rumah yang rusak dan seorang tetangga tidak ditemukan. Tapi luar
biasa, waktu itu, ketiga anak saya sedang try out di luar kota," kata
Rusly.
Mengemban amanah untuk
perjalanan dinas tetap harus dilakukannya. Pasalnya, kegiatan ini merupakan
tanggungjawabnya. Namun, tak bisa dipungkiri, di sisi lain, dirinya juga cemas
lantaran tak ada kabar dari keluarga di Aceh.
Ayah empat anak ini pun
hanya mendapat informasi dari televisi saja. Pikirannya waktu itu tentu tak
karuan. Sebab, ia harus memikirkan antara tugas dan keluarga tercintanya.
Keduanya, tak dapat ia tinggalkan begitu saja.
Selang dua hari
kemudian, Rusly mendapat kabar dari kantor, jika tak ada korban tsunami yang
berasal dari BI. Setelah mendapat kabar tersebut, ia beranjak diri untuk
pulang. Apalagi kantor tempatnya bekerja ini juga harus segera beroperasi
kembali.
Tak butuh waktu lama,
kantornya kembali normal dan ia tetap berada di belakang meja. Sejak itulah,
Rusly kian merasa sangat dekat dengan keluarga beserta mitra kerjanya di
kantor. Hingga kemana pun di tugaskan bahkan sampai di Purwokerto, ia tetap
memboyong keluarga.
Di Purwokerto,
pendatang dari Aceh ini menyaksikan kondisi masyarakat yang cukup eksklusif,
santun, ramah, dan tidak mudah terpengaruh dengan provokasi. Sekaligus
memperlihatkan kerukunan hidup beragama. Menurutnya, hal ini yang mampu
mewujudkan Purwokerto sebagai daerah yang aman dan nyaman bagi siapa pun.
Kondisi yang
digambarkan ini jauh berbeda dengan daerah asalnya yang sering terlibat
konflik. Bahkan Aceh sempat ditetapkan sebagai daerah darurat militer. Ia pun
pernah mendapat ancaman lantaran menjalankan kebijakan yang dianggap merugikan
sebagian kalangan.
"Jelas saya merasa
terintimidasi waktu itu padahal hanya menjalankan kebijakan saja. Bentuk
terornya memang tidak berbentuk fisik, paling ya mereka berbicara keras atau
mengancam akan datang ke rumah. Tapi demi menjalankan kewajiban ya saya tetap
lanjut saja," kata Rusly.
Dari pengalaman yang
didapatnya, ia merasa beruntung ditugaskan di Purwokerto. Pihak kepolisian dan
kejaksaan setempat proaktif berkoordinasi dengan lembaganya dalam penanganan
berbagai kasus.
Di sini, ia bisa
menghabiskan waktu dengan nyaman untuk bekerja sembari berkumpul bersama
keluarga. Meski waktunya tak bisa diseimbangkan, baik untuk keluarga,
bermasyarakat, maupun istirahat. Bagi dia, hari libur adalah waktu untuk
berkumpul bersama keluarga. Biasanya ia lebih memilih jalan-jalan pagi atau
bersepeda. (fitri nurhayati)
BioProfil:
Nama : Rusly Albas
Ttl
: Lhokseumawe, 5 April 1959
Alamat
: Jalan Malikussaleh komp BI nomor B Lhokseumawe
Profesi
: Deputi Kepala Perwakilan BI Purwokerto
Istri:
Nurhayati Budiman
Anak :
1.
Ayunda Al Qadr Hayati
2.
Tarina Al Kautsar
3.
Muhammad Hafidh Al Mukmin
4.
Muhammad Dzaky Alfajr Dirantona
Pendidikan
:
S1
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malikussaleh
S2
Program Magister Managemen, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Prestasi
:
Juara
1 lomba karya tulis ilmiah se-Indonesia (1987)
Juara
2 lomba resensi buku se-Indonesia (2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar