Kamis, 11 April 2013

Bangga Jadi Saksi Hidup Revolusi 1998


BANYAK orang yang mengagungkan jabatan, gelar, harta berlimpah, dan status sosial yang tinggi di masyarakat. Namun hal ini tak berlaku bagi Anjar Nugroho.
Meski saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) namun ia tak bangga dengan hal itu. Baginya jabatan yang dinikmati hanya sebatas tugas dan perintah dari atasan yang harus dilakukannya.
Saat bercerita tentang pengalaman hidup, pria yang fokus bekerja di bidang kemahasiswaan dan alumni ini sebenarnya menyimpan satu kisah yang membanggakan dirinya.
Semasa kuliah Anjar pernah menyicipi perjuangan mahasiswa dalam revolusi 1998. Waktu itu mahasiswa menjadi moncong dalam perubahan kondisi negara. Dirinya ikut turun ke jalan meneriakkan perjuangan masyarakat yang sampai saat ini masih terlintas jelas di benaknya.
"Revolusi di Indonesia hanya berlangsung dua kali yaitu era '66 dan 98. Tak sia-sia saya menjadi saksi hidup dalam perjuangan revolusi 1998," kata Anjar sambil mengenang masa kejayaannya menjadi mahasiswa.
Semangat juang berkobar di dadanya demi revolusi terhadap negeri, bahkan hingga ia harus mengorbankan waktu kuliahnya. Terbukti ia menyelesaikan studi strata 1 hingga lima tahun.
Memang tak mengherankan bagi sebagian mahasiswa yang menjadi aktivis kampus untuk sedikit merelakan waktu kuliah demi kepuasan terhadap hasil perjuangan.
Kesungguhannya menjadi aktivis mengantarkannya pada gerbang sukses yang dinikmatinya saat ini. Uniknya dari berbagai organisasi yang ditekuni, semuanya fokus pada organisasi kemuhammadiyahan.
Menurutnya aktivitas di Muhammadiyah dapat dijadikan acuan dalam melakukan aksi konkrit untuk menyikapi kondisi sosial di masyakat. Banyak sumbangsih berupa pemikiran kritis yang diberikannya.
Hingga ia menemukan manfaat yang dapat dipetiknya selama menjadi aktivis.
"Hal terpenting dalam hidup berorganisasi adalah kekuatan jaringan dan pertemanan. Jadi bisa mengenal teman tidak hanya itu-itu saja. Selain itu dengan sendirinya akan tercipta karakter kepemimpinan dan kemampuan dalam managerial," kata Anjar.
Dengan banyaknya jaringan yang terjalin hingga kini Anjar sangat familiar dikenal masyarakat secara umum. Selain sebagai tokoh pendidikan ia juga tetap menyandang label aktivis.
Manfaat itulah yang diterapkannya hingga saat ini ia duduk di kursi empuk, ruang ber-AC sebagai wakil rektor. (nurhayatipipit@gmail.com)
 
Mimpi Selanjutnya Jadi Profesor
ORANG yang selalu ingin maju tak akan pernah puas dengan hasil yang didapat. Sama halnya dengan pria berkacamata ini. Setelah sukses menyandang profesi sebagai dosen, kemudian Dekan Fakultas, dan kini menjadi wakil rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Meski sukses telah diraihnya namun ia masih tetap ingin melanjutkan perjuangannya menuntut ilmu hingga jenjang yang paling tinggi sekalipun.
Ada mimpi yang belum dapat diwujudkannya saat ini, bahkan bisa dibilang nyaris tak akan terwujud.
"Dulu pengin jadi guru besar dan menyandang gelar profesor di usia 40 tahun. Tapi sekarang usia sudah mendekati 40 tahun belum mulai kuliah strata tiga. Tapi tak masalah masih ada kesempatan meskipun molor sedikit dari harapan sebelumnya," ujar Anjar dengan penuh harap.
Baginya mendapat gelar tinggi memang membanggakan terutama bagi dirinya dan keluarga. Terlebih bagi istri yang telah memberinya banyak waktu dan ruang untuk terus berkarya. Namun yang lebih penting lagi adalah ketika ilmu yang didapatkan semakin menguatkan ideologi yang dipegangnya selama ini.
Kelak ia ingin memerdalam kajian islam yang berbasis metodologi kritis. Hal itu datang dari panggilan hati melihat kondisi masyarakat islam yang saat ini menjadi konsumen dalam pangsa pasar ekonomi, menjadi komoditas politik, dan banyak terpengaruh oleh budaya barat.
Anjar sangat memegang teguh ideologi islam sehingga apabila berkesempatan menyicipi studi yang lebih tinggi, ia akan melakukan penelitian tentang ideologi gerakan islam. Tak tanggung-tanggung harapannya ini ingin diwujudkan dengan berkuliah strata tiga di Utrecht, Belanda. Namun banyak persiapan yang belum digolkan karena kesibukannya saat ini yang sedang menduduki jabatan penting di UMP. (fitri nurhayati)

Islam Bukan Sebatas Agama Akhirat
PEMIKIRAN Anjar tak sebatas pada perkembangan islam di Indonesia. Namun bapak tiga anak ini berusaha ikut berperan melakukan revolusi terhadap kondisi islam saat ini.
Banyak ide yang muncul dalam benaknya kemudian dituangkan dalam buku yang mengupas polemik tentang pergerakan islam. Awalnya ide itu muncul dari beberapa tokoh pemikir dunia yang sangat dikaguminya yang sangat berperan dalam revolusi islam.
Faizul Rahman merupakan satu nama yang telah memengaruhi pikirannya bagaimana membuat pemikiran islam lebih kontekstual. Sedangkan nama lain yang menginspirasinya adalah Ali Syariati. Menurutnya cara pandang tokoh ini tidak melihat islam sebagai agama akhirat namun juga sebagai agama dunia.
"Artinya agama bukanlah orientasi untuk mengejar akhirat semata namun menjadi pegangan hidup selama manusia ada di dunia," kata Anjar.
Tokoh lain yang menjadi inspirasi pemikirannya adalah Hasan Hanafi. Hasan telah membukakan matanya tentang islam dan barat. Sehingga dosen FAI ini menganggap bahwa pemikiran barat harus dilawan. (pit)

BioProfil
Nama             : Anjar Nugroho SAg MSi
Ttl                 : Demak, 8 Oktober 1975
Alamat           : Griya Tegalsari Indah, Jalan Paguyuban III Blok D4 Nomor 7, Kembaran, Banyumas
Profesi           :
1. Wakil Rektor III, Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2011-sekarang
2. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2009-sekarang
3. Wakil Dekan I Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2004-sekarang
Istri                : Ummi Musyahidah
Pengalaman organisasi:
1. 2010-sekarang anggota majelis pendidikan kader PWM Jawa Tengah
2. 2010-sekarang wakil ketua pimpinan daerah muhammadiyah banyumas
3. 2005-2010 ketua majelis tarjih dan tajdid PDM banyumas
Penghargaan    :
2006 Wisudawan terbaik magister Studi islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2006 Penulis jurnal ilmiah terbaik kategori hukum islam dosen PTAIS se-Indonesia

Tokoh akhir pekan/SatelitPost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar