Jumat, 08 Mei 2015

Mungkin Berat Badan Saya Akan Bertambah




MENDOAN menjadi klangenan tersendiri bagi siapa saja yang bertandang ke Purwokerto. Bahkan makanan ini menjadi buah tangan spesial untuk keluarga di rumah. Sebagai oleh-oleh, makanan berbahan dasar kedelai ini juga selalu dicari Supratignyo setiap mengunjungi sang istri di Cirebon.
Pria yang baru saja diresmikan sebagai Pemimpin Cabang BNI Syariah Purwokerto ini kembali menjajal mendoan dan makanan lain yang khas dengan lidah orang Jawa. Maklum, sejak puluhan tahun lalu ia meninggalkan kampung halamannya, Jawa Timur untuk menjalankan tugasnya di dunia perbankan.
Setelah menamatkan bangku SMA di Malang, ia langsung hijrah ke Balikpapan untuk melanjutkan kuliah sambil bekerja. Disana, kata Pratignyo ia didampingi sang kakak hingga menamatkan gelar sarjana ekonominya.
Dulu, kata dia sempat menyukai makanan khas beberapa daerah, bahkan saking senangnya berat badannya sempat bertambah. Sekarang ia kembali ditempatkan di daerah yang menyediakan aneka makanan yang pas dengan lidahnya.
"Ditempatkan di Purwokerto, kemungkinan berat badan saya bisa bertambah lagi. Karena kota ini selain makanannya pas dengan lidah orang Jawa, lingkungannya juga nyaman dengan biaya hidup yang masih sangat terjangkau," kata Supratignyo.
Awal mula bekerja diperbankan tahun 1983, pria yang akrab disapa Pratignyo ini ditempatkan di Balikpapan. Disana biaya hidup tentu lebih mahal ketimbang daerah asalnya, Blitar. Begitu juga dengan beberapa tempat lain yang pernah disinggahinya.
Dikota inilah ia merintis karir dan mengembangkan perbankan yang telah membesarkan namanya. Hingga kinerjanya dinilai baik oleh perusahaan, pada tahun 2010 ia dimutasi ke Cirebon. Yang menjadi kebanggaan adalah ditempat barunya, Bapak dua anak ini langsung dipercaya menjadi pimpinan cabang.
Tak berhenti sampai disitu, selama tahun 2012 ia juga dipindahtugaskan hingga tiga kali penempatan. Bulan April di Bandung, September di Batam, dan Desember lalu di Purwokerto.
Ada saja kesan yang ia dapatkan disetiap daerah penempatan kerjanya. Batam misalnya yang berbeda jauh dengan tempat barunya saat ini. Tak heran jika mengingat aneka makanan di Purwokerto, yang ada dibenaknya adalah berat badan yang akan bertambah.
Selain makanan, sebagai seorang pimpinan setiap bertandang ke tempat baru tentu yang ada dibenaknya adalah strategi pasar untuk mengembangkan bisnisnya. Namun tak menjadi masalah bagi pria lulusan Universitas Tri Dharma Balikpapan ditempatkan dimanapun, karena basic awalnya memang sudah belajar tentang perbankan. (nurhayatipipit@gmail.com)

Tak Ingin Mewariskan Karir yang Menyita Banyak Waktu
BERBICARA tentang perbankan tentu yang ada dalam benak setiap orang adalah keuntungan yang akan didapat. Bahkan untuk perbankan syariah sekalipun. Ini menjadi hal yang wajar, namun bukanlah menjadi tujuan awal bagi Supratignyo memilih menceburkan diri di dunia perbankan.

Setiap ia bertandang ke tempat baru untuk menawarkan produk hampir semua yang ditemui tak pernah absen untuk memegang alat hitung yang namanya kalkulator. Tentu ini menjadi hal yang lumrah, padahal ia ingin mengenalkan bahwa yang membedakan tempatnya bekerja adalah proses pengolahan transaksi yang menggunakan sistim syariah.
Kebiasaan semacam ini menjadi PR baginya demi pengembangan bisnis yang akan terus melejit. Namun ini hanya menjadi satu tantangan kecil yang membutuhkan pemikiran serius. Totalitas baik tenaga maupun pikiran tentu ia tuangkan dengan maksimal.
Tak hanya itu, Pratignyo juga harus menggadaikan waktunya demi pekerjaan. Beruntung keluarga memberi dukungan penuh padanya. Namun ia tak ingin mewariskan karirnya ini kepada sang anak yang kini jauh darinya karena sedang menempuh pendidikan.
"Bekerja dimanapun baginya yang penting harus serius, sekalipun harus menyita banyak waktu. Biarkan anak-anak memilih minatnya sendiri yang tidak harus menyita waktu banyak," kata Supratignyo.
Ia sering merasakan kerinduan untuk berkumpul dengan keluarga ketika waktunya tersita untuk pekerjaan. Apalagi komitmen yang harus siap dipindahtugaskan sewaktu-waktu. Meski dimanapun berada, Pratignyo selalu memboyong sang istri untuk menemani.
Setiap hari, kata Pratignyo untuk mengobati kerinduan dirinya maupun istri maka selalu menelopon anak setidaknya dua hari sekali. Meski sudah terbiasa jauh dari anak yang terpenting baginya adalah menjaga komunikasi dengan mereka. Selain itu anak juga diajarkan sikap terbuka apabila sedang menjumpai masalah dalam hal apapun. (fitri nurhayati)

BioFile
Nama   : Supratignyo SE
Alamat: Perum Limas Agung CD1 nomor 6, Purwokerto
TTL     : Blitar, 15 Juli 1963
Profesi : Pemimpin Cabang BNI Syariah Purwokerto
Istri      : Nur Aida Haryati
Anak   : Cicilia Lintang Gentawan (21)
         Wisnu Wangsa Wardana (17)
Pendidikan:
        SD, SMP Blitar
        SMA Malang
        S1 Universitas Tri Dharma Balikpapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar