MENDOAN
menjadi klangenan tersendiri bagi siapa saja yang bertandang ke Purwokerto.
Bahkan makanan ini menjadi buah tangan spesial untuk keluarga di rumah. Sebagai
oleh-oleh, makanan berbahan dasar kedelai ini juga selalu dicari Supratignyo
setiap mengunjungi sang istri di Cirebon.
Pria
yang baru saja diresmikan sebagai Pemimpin Cabang BNI Syariah Purwokerto ini
kembali menjajal mendoan dan makanan lain yang khas dengan lidah orang Jawa.
Maklum, sejak puluhan tahun lalu ia meninggalkan kampung halamannya, Jawa Timur
untuk menjalankan tugasnya di dunia perbankan.
Setelah
menamatkan bangku SMA di Malang, ia langsung hijrah ke Balikpapan untuk
melanjutkan kuliah sambil bekerja. Disana, kata Pratignyo ia didampingi sang
kakak hingga menamatkan gelar sarjana ekonominya.
Dulu,
kata dia sempat menyukai makanan khas beberapa daerah, bahkan saking senangnya
berat badannya sempat bertambah. Sekarang ia kembali ditempatkan di daerah yang
menyediakan aneka makanan yang pas dengan lidahnya.
"Ditempatkan
di Purwokerto, kemungkinan berat badan saya bisa bertambah lagi. Karena kota
ini selain makanannya pas dengan lidah orang Jawa, lingkungannya juga nyaman
dengan biaya hidup yang masih sangat terjangkau," kata Supratignyo.
Awal
mula bekerja diperbankan tahun 1983, pria yang akrab disapa Pratignyo ini
ditempatkan di Balikpapan. Disana biaya hidup tentu lebih mahal ketimbang
daerah asalnya, Blitar. Begitu juga dengan beberapa tempat lain yang pernah
disinggahinya.
Dikota
inilah ia merintis karir dan mengembangkan perbankan yang telah membesarkan
namanya. Hingga kinerjanya dinilai baik oleh perusahaan, pada tahun 2010 ia
dimutasi ke Cirebon. Yang menjadi kebanggaan adalah ditempat barunya, Bapak dua
anak ini langsung dipercaya menjadi pimpinan cabang.
Tak
berhenti sampai disitu, selama tahun 2012 ia juga dipindahtugaskan hingga tiga
kali penempatan. Bulan April di Bandung, September di Batam, dan Desember lalu
di Purwokerto.
Ada
saja kesan yang ia dapatkan disetiap daerah penempatan kerjanya. Batam misalnya
yang berbeda jauh dengan tempat barunya saat ini. Tak heran jika mengingat
aneka makanan di Purwokerto, yang ada dibenaknya adalah berat badan yang akan
bertambah.
Selain
makanan, sebagai seorang pimpinan setiap bertandang ke tempat baru tentu yang
ada dibenaknya adalah strategi pasar untuk mengembangkan bisnisnya. Namun tak
menjadi masalah bagi pria lulusan Universitas Tri Dharma Balikpapan ditempatkan
dimanapun, karena basic awalnya memang sudah belajar tentang perbankan.
(nurhayatipipit@gmail.com)
Tak Ingin Mewariskan
Karir yang Menyita Banyak Waktu
BERBICARA
tentang perbankan tentu yang ada dalam benak setiap orang adalah keuntungan
yang akan didapat. Bahkan untuk perbankan syariah sekalipun. Ini menjadi hal
yang wajar, namun bukanlah menjadi tujuan awal bagi Supratignyo memilih
menceburkan diri di dunia perbankan.
Setiap
ia bertandang ke tempat baru untuk menawarkan produk hampir semua yang ditemui
tak pernah absen untuk memegang alat hitung yang namanya kalkulator. Tentu ini
menjadi hal yang lumrah, padahal ia ingin mengenalkan bahwa yang membedakan
tempatnya bekerja adalah proses pengolahan transaksi yang menggunakan sistim
syariah.
Kebiasaan
semacam ini menjadi PR baginya demi pengembangan bisnis yang akan terus
melejit. Namun ini hanya menjadi satu tantangan kecil yang membutuhkan
pemikiran serius. Totalitas baik tenaga maupun pikiran tentu ia tuangkan dengan
maksimal.
Tak
hanya itu, Pratignyo juga harus menggadaikan waktunya demi pekerjaan. Beruntung
keluarga memberi dukungan penuh padanya. Namun ia tak ingin mewariskan karirnya
ini kepada sang anak yang kini jauh darinya karena sedang menempuh pendidikan.
"Bekerja
dimanapun baginya yang penting harus serius, sekalipun harus menyita banyak
waktu. Biarkan anak-anak memilih minatnya sendiri yang tidak harus menyita
waktu banyak," kata Supratignyo.
Ia
sering merasakan kerinduan untuk berkumpul dengan keluarga ketika waktunya
tersita untuk pekerjaan. Apalagi komitmen yang harus siap dipindahtugaskan
sewaktu-waktu. Meski dimanapun berada, Pratignyo selalu memboyong sang istri
untuk menemani.
Setiap
hari, kata Pratignyo untuk mengobati kerinduan dirinya maupun istri maka selalu
menelopon anak setidaknya dua hari sekali. Meski sudah terbiasa jauh dari anak
yang terpenting baginya adalah menjaga komunikasi dengan mereka. Selain itu
anak juga diajarkan sikap terbuka apabila sedang menjumpai masalah dalam hal
apapun. (fitri nurhayati)
BioFile
Nama : Supratignyo SE
Alamat:
Perum Limas Agung CD1 nomor 6, Purwokerto
TTL : Blitar, 15 Juli 1963
Profesi : Pemimpin Cabang BNI Syariah Purwokerto
Istri
: Nur Aida Haryati
Anak : Cicilia Lintang Gentawan (21)
Wisnu Wangsa Wardana (17)
Pendidikan:
SD, SMP Blitar
SMA Malang
S1 Universitas Tri Dharma Balikpapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar