Pelatihan
Jurnalistik Tim Redaksi Pionner, PPG SM-3T UNY
Hal. 1 Tribun Jogja, Senin (25/5) |
Puluhan
orang tampak sibuk menulis berita yang ditugaskan oleh pembicara. Ada yang
sembari melakukan diskusi dengan teman di sebelahnya, ada pula yang fokus
dengan laptop di depannya. Suasana ini tidak dijumpai di ruang redaksi sebuah
media konvensional, tapi ruang serbaguna Pendidikan Profesi Guru (PPG) UNY
Kampus Wates.
Mereka
adalah mahasiswa PPG SM-3T UNY yang tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik
Pioneer. Para calon guru profesional ini mengikuti pelatihan jurnalistik
dengan menghadirkan pembicara dari Tribun Jogja, Ibnu Taufiq Juariyanto,
Rabu (20/5).
Kegiatan
ini diselenggarakan oleh tim jurnalistik Pioneer. Peserta yang memiliki basic
keguruan dan ilmu pendidikan sangat berantusias mengikuti pelatihan. Ibnu
Taufiq menyampaikan materi tentang dasar-dasar kepenulisan yang merupakan modal
awal dalam membuat sebuah tulisan.
Menurutnya
sebuah tulisan harus memiliki news value diantaranya bersifat penting,
menarik, dan aktual atau kekinian. Apalagi ketika seorang penulis ingin
mengirimkan hasil tulisannya ke sebuah media konvensional, tentu harus memenuhi
kaidah kepenulisan. Tak hanya itu, menurutnya tulisan juga harus berkaitan
dengan kepentingan orang banyak (magnitute) dan mengandung kedekatan
dengan sasaran pembaca. Sedangkan hal yang paling sederhana tulisan itu harus
memiliki keunikan sehingga menarik pembaca untuk menyelesaikan hingga akhir
tulisan.
“Kalau
teman-teman ingin mengirimkan karya ke sebuah media setidaknya tulisan mengandung
news value. Meski beberapa media juga mempunyai standarisasi sendiri,”
ujarnya.
Ibnu
yang sekaligus pemimpin redaksi ini juga menyampaikan beberapa jenis tulisan
yang ada pada media konvensional. Diantaranya straight news, soft news,
features, dan opini. Dalam pelatihan ini juga dilakukan simulasi menulis
berita straight agar diketahui dimana letak kekurangan sebuah tulisan.
Halaman lanjutan |
Hal
yang sama juga disampaikan Eko Risqa Sari, Pemimpin Umum Ekstrakurikuler
Jurnalistik Pioneer. Menurutnya pelatihan ini dilakukan untuk membekali para
anggotanya dalam menulis, sehingga saat pelatihan dilakukan simulasi.
“Setiap
dua bulan kami menerbitkan buletin yang digarap oleh teman-teman PPG SM-3T. Di
sela-sela kesibukan kuliah para pengurus masih menyempatkan diri untuk menulis.
Kegiatan ini juga untuk mengasah kemampuan calon guru dalam menulis,” kata Eko.
Minimnya
minat guru dalam menulis sering menjadi hambatan untuk menghasilkan sebuah
karya. Padahal di era maju seperti sekarang ini guru juga dituntut tidak hanya
pandai mengajar namun juga menulis. Beberapa media memberi ruang bagi kalangan
pendidikan termasuk guru untuk menuangkan gagasannya, namun itu masih sangat
minim belum sebanding dengan jumlah guru di Indonesia.
Buletin
Pioneer mencoba menjembatani calon guru profesional ini untuk memulai
kegiatan menulis. Sehingga rubrik yang disajikan dalam buletin Pioneer
sifatnya sederhana dan disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami. Namun Pioneer
juga menyajikan wacana pendidikan yang sifatnya lokal maupun nasional. (*)
oleh Fitri Nurhayati, S.Pd
Pemimpin Redaksi Pioneer,
Mahasiswa PPG SM-3T UNY