ilustrasi |
Setiap mendekati
hari raya Idul Adha ibu saya selalu mengingatkan untuk berpuasa. Katanya puasa
arafah, dimana saudara kita yang sedang menjalankan ibadah haji pada hari itu
juga sedang menjalankan wukuf di padang Arafah. Saya dapati dari berbagai
sumber, bahwa puasa Arafah mengandung banyak keutamaan. Insya Allah apabila
dilakukan dengan penuh keikhlasan kita termasuk golongan orang-orang yang
beruntung.
Keutamaan segala
amal yang diharapkan umat manusia adalah terhapusnya dosa. Begitu juga dengan
keutamaan yang terkandung dalam puasa arafah yaitu dapat menghapus dosa. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits berikut:
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Rasulullah SAW
pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus
dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.” (HR. Muslim)
Selain itu puasa
arafah juga mengandung keutamaan bagi umat manusia sebagai pembebasan dari api
neraka. Sebagian ulama menjelaskan bahwa pembebasan dari neraka pada hari
Arafah diberikan Allah bukan hanya kepada jamaah haji yang sedang wukuf,
melainkan juga untuk kaum muslimin yang tidak sedang menjalankan haji.
Terlimpahkannya ampunan Allah terhadap dosa selama dua tahun melalui puasa
Arafah sangat terkait dengan keutamaan kedua ini.
مَا مِنْ
يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ
عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا
أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Di antara hari
yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia
akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para
malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR.
Muslim)
Selanjutnya, kemustajaban
doa di Puasa Arafah. Secara umum doa orang yang berpuasa akan dikabulkan oleh
Allah, insya Allah. Ditambah lagi dengan keutamaan waktu hari Arafah yang
merupakan sebaik-baik doa pada waktu itu, maka semakin kuatlah keutamaan
terkabulnya doa orang yang berpuasa Arafah pada hari itu.
خَيْرُ
الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ
قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baik do’a
adalah do’a pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula
diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu
laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadiir
(Tidak ada Ilah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. MilikNyalah
segala kerajaan dan segala pujian, Allah Maha Menguasai segala sesuatu).” (HR.
Tirmidzi, hasan)
Niat Puasa Arafah
نويت صوم
عرفة سنة لله تعالى
“ Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah
ta’ala.”
Bismillah, semoga
puasa kita tidak hanya mengharap keutamaan yang terkandung di dalamnya tapi benar-benar
ikhlas karena Allah ta’ala.
Selain itu,
memang hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang
istimewa untuk menjalankan ibadah seperti puasa. Abnu Abbas RA meriwayatkan
Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ
أيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ
يَعْنِيْ أَياَّمُ اْلعُشْرِ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَلَا الْجِهَادُ فِيْ
سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إلَّا رَجُلٌ خَرَجَ
بِنَفْسِهِ وَمَالِهُ فَلَمْ يَرْجِعُ مِنْ ذَلِكَ شَيْءٌ
Diriwayatkan
Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT,
dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan
Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya Rasulallah, walaupun jihad di jalan
Allah? Rasulullah bersabda: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki
yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali
selama-lamanya atau menjadi syahid. (HR Bukhari)
Bagi kaum
Muslimin yang mempunyai tanggungan puasa Ramadhan juga disarankan untuk
mengerjakannya pada hari Arafah ini, atau hari-hari lain yang disunnahkan untuk
berpuasa. Maka ia akan mendapatkan dua pahala sekaligus, yakni pahala puasa
wajib (qadha puasa Ramadhan) dan pahala puasa sunnah. :
يُعْلَمُ
أَنَّ اْلأَفْضَلَ لِمُرِيْدِ التََطَوُّعِ أَنْ يَنْوِيَ اْلوَاجِبَ إِنْ كَانَ عَلَيْهِ
وَإِلَّا فَالتَّطَوُّعِ لِيَحْصُلَ لَهُ مَا عَلَيْهِ
Diketahui bahwa
bagi orang yang ingin berniat puasa sunnah, lebih baik ia juga berniat
melakukan puasa wajib jika memang ia mempunyai tanggungan puasa, tapi jika ia
tidak mempunyai tanggungan (atau jika ia ragu-ragu apakah punya tanggungan atau
tidak) ia cukup berniat puasa sunnah saja, maka ia akan memperoleh apa yang
diniatkannya.
Adapun berpuasa
pada hari Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan hari-hari tasyrik (11, 12 dan 13
Dzulhijjah) adalah diharamkan berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Umar
ra:
Bahwasanya
Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari, yaitu ‘Eid al-Adha dan ‘Eid
al-Fitr. (Hadith Riwayat Imam Muslim, Ahmad, an-Nasa’ie, Abu Dawud)
Serta hadith yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Rasulullah SAW telah mengirimkan Abdullah
Ibn Huzhaqah untuk mengumumkan di Mina: “Kamu dilarang berpuasa pada hari-hari
ini (hari tasyrik). Ia adalah hari untuk makan dan minum serta mengingati
Allah.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad, sanadnya hasan). Ulama Syafi’iyyah
membenarkan bahwa berpuasa pada hari tasyrik hanya untuk keadaan tertentu
seperti bersumpah, qadha puasa di bulan Ramadhan serta puasa kifarah (denda).
*dari berbagai
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar