Sabtu, 16 Juni 2012

Eufori Senja


Jelang Senja di tepian Serayu, Sabtu (16/6)_Pipit_doc
Sore itu aku menyisir senja di tepian Serayu, Sabtu (16/6). Baru saja aku menjemput bahagia karena dapat melewati perjumpaan denganmu.
Sepanjang jalan aku melihat cahaya jingga memusat pada satu pusaran. Ia terlihat mengintip di balik bukit dan kian bersembunyi.
Seolah ia mengiring di sebelah kiri sepanjang perjalananku. Tak ingin sekejappun lirikan ini berpaling darinya. Aku tak ingin melewatkan momen indah terbenamnya pusaran senja.
Setelah terbenam jalanpun mulai gelap, menggiringku untuk berfikir bahwa inilah gambaran kehidupan. Seperti cahaya yang merasakan lelah sehingga ia harus beristirahat dalam peraduannya.
Namun esok terlalu tak pasti untuk dapat menemuinya lagi. Senja harus berjuang untuk kembali menyinari bumi. Karena ia lahir lewat fajar yang menyingsing di ufur timur. Warnanya kuning emas bersepuh ungu seperti campuran warna orange dan merah di luasan langit yang tak berujung.
Dan kondisi inilah yang menjadikan nalar kita mencari jalan terang pada masanya. Karena semua yang bersemayam dibumi mempunyai energi untuk tetap bertahan. Begitu juga dengan manusia.
Manusia berjuang untuk melanjutkan roda kehidupan. Ia berjuang melawan dunia yang kian kejam dan tak terkendali. Sesunguhnya setiap nafas yang kembang kempis dalam raga manusia adalah sebuah perjuangan. Sama halnya dengan euforia diantara kita.
Kita berjalan menjemput senja dari arah yang berbeda. Namun suatu saat nanti kita akan dipertemukan pada sebuah persimpangan. Dimana jalan kita akan menjadi satu, lurus, dan tiada akhir.
Perjalanan itu tak menghadirkan sebuah pilihan. Karena takdir tak dapat kita negosiasi lagi. Meskipun masing-masing mampu berretorika, memperjuangkan keinginan untuk saat ini, namun sejatinya takdir yang akan mengakhirkan.
Nalar kita tak akan sampai untuk menelusuri alasan mengapa suatu saat kita akan memilih jalan yang sama. Kita tak bisa lagi berrenang selama ikan, karena kekuatan untuk menyelam adalah hasil perpaduan energi untuk melakukan sebuah perjuangan. 
Kita hanya mampu berharap bahwa jalan yang kita pilih bukanlah menuju alamat yang salah. Berdasar sebuah coretan yang menjadi pegangan, agar kita berhenti pada sebuah gubug untuk membangun istana bersama.  

Fitri Nurhayati
Minggu, 16 Juni 2012 00:57

“Sesungguhnya lelaki hebat tak pernah lepas dari wanita yang hebat pula.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar