Sesembahan yang terdapat di Klenteng Hok Tek Bio, Purwokerto |
Setiap umat memunyai kebiasaan yang berbeda dalam
melangsungkan ritual pernikahan. Mulai dari persiapan menjelang pernikahan
sampai ceremony pada hari perayaan.
Sama halnya dengan penganut Agama Konghuchu yang tak lain
memunyai cara sendiri. Secara turun temurun ritual unik jelang pernikahan
mereka lakukan.
Pagi hari sebelum matahari terbit orang tua dari kedua
mempelai harus melakukan sembayang Jiao Dao. Sembayang ini dilakukan dengan
tujuan agar mempelai dapat membangun fondasi mahligai rumahtangga yang baru.
Dalam perbincangan dengan WS Tigianto, Wali Majelis Agama
Konghuchu Purwokerto beberapa waktu lalu, ia memaparkan tentang sajian yang
harus tersedia dalam sembayang Jiao Dao.
Sembayang ini agak berbeda dari biasanya karena dilakukan di
depan rumah mempelai pria maupun wanita sesuai dengan kesepakatan dari kedua
pihak.
Uniknya dalam ritual ini harus ada 12 sajian yang tak boleh
tertinggal satupun karena masing-masing sajian memunyai makna dalam kehidupan.
Sajian yang pertama adalah sepasang lilin yang diletakkan di tempat persembayangan. Dipasangnya lilin
ini bertujuan agar kedua mempelai bisa mendapatkan umur yang panjang sehingga
dapat membentuk rumahtangga sampai batas usia.
Kemudian pada sisi kanan dan kiri diikatkan tebu. Sajian ini disimbolkan
menggunakan tebu yang menunjukkan bahwa apabila mempelai semakin menempuh usia
tua maka akan semakin manis hubungan mereka.
Pada setiap sisi tempat persembayang diletakkan Kitab Lakjit agar keturunan yang
dianugerahkan padanya dinasihati dan dididik dengan baik. Selanjutnya adapula gontang, yaitu sebuah alat yang
digunakan untuk mewadahi beras. Gontang ini menggambarkan sebuah harapan agar
mempelai dapat menikmati rizki atau makan tanpa kekurangan.
Sajian selanjutnya adalah gunting dengan tujuan agar ada ikatan lahir batin seperti ikatan
pada gunting yang kuat dan tetap terjaga. Setelah gunting kemudian ada cermin. Sajian ini digunakan untuk
berkaca, namun tak sebatas itu karena hidup tak hanya mencerminkan wajah namun
harus memancarkan hati yang bersih.
Selanjutnya ada benang
dan jarum yang menggambarkan pakaian. Biasanya pakaian yang sobek akan
dijahit dengan jarum, sama halnya dengan keluarga apabila ada kekurangan bisa
ditambal. Kompas, biasanya alat ini
menunjukkan arah, begitu juga dalam keluarga. Sajian menggunakan kompas artinya
mempelai diharapkan dapat membuka pikiran hidup sehingga memunyai arah dan
tujuan.
Tak lupa adapula meteran
yang menggambarkan bahwa sesungguhnya hidup memunyai batasan usia maka harus
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Pokto/pedang
kecil menandakan dalam rumah tangga pasti ada hal yang tidak pantas dan
harus dibuang. Pedang ini yang digunakan
untuk memangkas hal-hal yang tidak pantas untuk dipelihara dalam rumahtangga.
Yang berikutnya adalah timbangan,
sajian ini menggambarkan bahwa suami istri harus adil dalam mengambil sebuah
keputusan (equilibrium). Dan yang
terakhir adalah sisir, layaknya
sisir dimanfaatkan untuk menyisir rambut agar rapi. Begitu pula dalam hidup
berumahtangga maka harus bertutur dan berperilaku yang baik. (fitri nurhayati)
@SatelitPost Office
Jumat, 15 Juni 2012 00:35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar