Selasa, 15 Juli 2014

Dibuat Heran oleh Google Earth


Seorang murid sedang mencoba aplikasi Google Earth (foto doc.pribadi)

TANPA berkedip, mata lugu itu menatap ke arah layar yang tersorot dengan jelas pada tembok di samping papan tulis. Seolah mata itu berbicara tentang keheranan yang tidak pernah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bumi dengan mudah diputar, diperbesar, atau pun diperkecil hanya dengan mengeklik atau mengarahkan mouse saja. Pembelajaran menggunakan layar LCD ini telah menghipnotis muridku kelas XII IPS 2 yang saat itu sedang mendapat materi Penginderaan Jauh mata pelajaran Geografi.
Sebagai guru yang mengampu mata pelajaran itu aku merasa ada sedikit kepuasan karena semua siswa memperhatikan. Kalau pun ada suara hanya kekaguman mereka terhadap Google Earth, aplikasi yang aku gunakan. Tiga jam pelajaran di dalam kelas sungguh rasanya sangat sebentar, apalagi melihat siswa yang mengangguk tanda memahami materi yang saya ajarkan.
“Nah mengasyikkan bukan?” tanyaku.
“Iya keren sekali ibu,” kata Rembung yang duduk di kursi paling belakang.
Muridku dibuat heran oleh google earth yang membawa mereka berselancar melihat bumi. Melalui aplikasi ini mereka bisa melihat permukaan bumi atau fenomena geosfer tanpa bersentuhan langsung dengan objek yang dikaji. Tak sedikit dari mereka yang request untuk menampilkan tempat tinggal mereka, objek wisata di Flores, dan jalan-jalan yang sering mereka lewati.
Awalnya aku hanya menampilkan lokasi sekolah yang nampak jelas pada citra dari aplikasi yang membawa kami terbang ke luar angkasa. Tanpa menjelaskan lebih panjang para siswa sudah langsung paham tentang cara kerja aplikasi ini.
Yein mencoba langsung penggunaan Google Earth untuk mencari lokasi yang dia inginkan. Awalnya terbata-bata saat menggerakkan mouse untuk melakukan pencarian lokasi. Meski begitu ia tetap melanjutkan pencarian bahkan hingga zoom yang sangat besar. Nampak jelas permukaan bumi yang ingin dicarinya.
“Wah ini Soa, ini bandaranya, ini jalannya,” ujarnya kegirangan.
Begitu juga dengan teman sekelasnya yang ikut kegirangan menyaksikan permukaan bumi dari sorot LCD pada tembok. Bahkan beberapa siswa lain pun terus meminta Yein untuk melanjutkan pencarian daerah lain yang sering mereka kunjungi.
Program globe virtual buatan Keyhole ini juga memudahkanku memberikan contoh fenomena geosfer yang aku ajarkan. Selain memahami materi, pembelajaran menggunakan Google Earth juga mengasyikkan bagi muridku.
Belajar Geografi di dalam kelas selama tiga jam biasanya membuat mereka mengantuk atau sesekali pasti ada yang izin keluar kelas. Rembung yang langganan keluar kelas saat pelajaran berlangsung kali ini betah berlama-lama duduk di bangkunya. Sangat berbeda dengan berbeda dengan hari-hari biasa.
Tanpa menunggu perintah, mereka juga mencatat materi ajar yang kusampaikan. Sebenarnya materi ini bisa dicopy, namun dengan tujuan mendapat manfaat yang berlipat, aku enggan memberikan print outnya. Dengan menulis, siswa telah melakukan aktivitas membaca, menulis, dan memahami sehingga materi yang aku ajarkan akan lebih melekat dalam ingatan mereka. Alhasil muridku sangat berantusias untuk memahami materi ini.
Terbukti pada pertemuan berikutnya mereka sudah duduk rapi di dalam kelas menungguku datang. Tidak hanya mereka yang duduk rapi namun LCD juga sudah terpasang dan siap untuk aku gunakan. Padahal sebelumnya aku tidak menginstruksikan seorang siswa pun untuk menyiapkan media elektronik ini, bahkan masuk kelas pun aku tidak membawa laptop.
“Ibu guru kemarin kan belum lihat desa saya di Google Earth, jadi sekarang kita lihat ya bu,” kata Hendra, siswa yang biasa izin keluar kelas saat pelajaran berlangsung.
Kalau sudah begini tak ada pilihan lagi selain mengikuti kemauan mereka untuk menerapkan pembelajaran elektronik.
Kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan teknologi sangat membantuku untuk mentransfer ilmu kepada mereka. Apalagi belakang ini sedang gencar penerapan Kurikulum 2013 yang mengharuskan siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Meski kurikulum ini belum sampai di daerah 3T (Terluar, Terdepan, dan Terpencil) tempatku mengajar, namun siswa harus dibiasakan untuk mengenal teknologi atau media pembelajaran elektronik. Apalagi untuk jenjang SMA yang tidak lama lagi akan memasuki bangku kuliah.
Sebagai guru di daerah 3T yang notabene masih belum familiar dengan teknologi, aku berusaha membiasakan diri untuk menerapkan pembelajaran elektronik kepada mereka. Tidak melulu harus dikonekkan dengan internet, namun terkadang aku hanya menampilkan gambar atau video yang berkaitan dengan materi ajar.
Beberapa sekolah di Pulau Flores ini sudah mempunyai fasilitas pembelajaran elektronik yang terbilang lengkap. Hanya saja sumber daya manusia yang masih enggan memanfaatkannya. Dengan alasan belum menguasai teknologi, waktu yang terbatas untuk menyusun bahan ajar, atau alasan lain yang sering aku dengar. Padahal pembelajaran elektronik cukup simple dan mudah, terlebih untuk pelajaran tertentu yang sering menjadi momok tersendiri bagi siswa.
Guru hendaknya meng-update perkembangan teknologi yang terus berkembang terutama untuk pembelajaran baik di dalam maupun luar kelas. Dampak kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap dunia pendidikan semakin terasa. Bahkan saat ini hampir semua aspek kehidupan manusia tidak luput dari peranan TIK. Oleh karena itu guru harus mampu menjembatani siswa dalam mengikuti perkembangan teknologi dengan memanfaatkan pembelajaran, baik sebagai alat maupun media pembelajaran. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar