Seorang murid sedang mencoba aplikasi Google Earth (foto doc.pribadi) |
TANPA berkedip, mata lugu itu menatap ke arah layar yang tersorot
dengan jelas pada tembok di samping papan tulis. Seolah mata itu berbicara
tentang keheranan yang tidak pernah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bumi
dengan mudah diputar, diperbesar, atau pun diperkecil hanya dengan mengeklik
atau mengarahkan mouse saja. Pembelajaran menggunakan layar LCD ini telah
menghipnotis muridku kelas XII IPS 2 yang saat itu sedang mendapat materi
Penginderaan Jauh mata pelajaran Geografi.
Sebagai guru yang mengampu mata pelajaran itu aku merasa ada sedikit
kepuasan karena semua siswa memperhatikan. Kalau pun ada suara hanya kekaguman
mereka terhadap Google Earth, aplikasi yang aku gunakan. Tiga jam
pelajaran di dalam kelas sungguh rasanya sangat sebentar, apalagi melihat siswa
yang mengangguk tanda memahami materi yang saya ajarkan.
“Nah mengasyikkan bukan?” tanyaku.
“Iya keren sekali ibu,” kata Rembung yang duduk di kursi paling belakang.
Muridku dibuat heran oleh google earth yang membawa mereka
berselancar melihat bumi. Melalui aplikasi ini mereka bisa melihat permukaan
bumi atau fenomena geosfer tanpa bersentuhan langsung dengan objek yang dikaji.
Tak sedikit dari mereka yang request untuk menampilkan tempat tinggal
mereka, objek wisata di Flores, dan jalan-jalan yang sering mereka lewati.
Awalnya aku hanya menampilkan lokasi sekolah yang nampak jelas pada
citra dari aplikasi yang membawa kami terbang ke luar angkasa. Tanpa menjelaskan
lebih panjang para siswa sudah langsung paham tentang cara kerja aplikasi ini.
Yein mencoba langsung penggunaan Google Earth untuk mencari
lokasi yang dia inginkan. Awalnya terbata-bata saat menggerakkan mouse
untuk melakukan pencarian lokasi. Meski begitu ia tetap melanjutkan pencarian
bahkan hingga zoom yang sangat besar. Nampak jelas permukaan bumi yang
ingin dicarinya.
“Wah ini Soa, ini bandaranya, ini jalannya,” ujarnya kegirangan.
Begitu juga dengan teman sekelasnya yang ikut kegirangan
menyaksikan permukaan bumi dari sorot LCD pada tembok. Bahkan beberapa siswa
lain pun terus meminta Yein untuk melanjutkan pencarian daerah lain yang sering
mereka kunjungi.
Program globe virtual buatan Keyhole ini juga memudahkanku memberikan
contoh fenomena geosfer yang aku ajarkan. Selain memahami materi, pembelajaran
menggunakan Google Earth juga mengasyikkan bagi muridku.
Belajar Geografi di dalam kelas selama tiga jam biasanya membuat mereka
mengantuk atau sesekali pasti ada yang izin keluar kelas. Rembung yang
langganan keluar kelas saat pelajaran berlangsung kali ini betah berlama-lama
duduk di bangkunya. Sangat berbeda dengan berbeda dengan hari-hari biasa.
Tanpa menunggu perintah, mereka juga mencatat materi ajar yang kusampaikan.
Sebenarnya materi ini bisa dicopy, namun dengan tujuan mendapat manfaat yang
berlipat, aku enggan memberikan print outnya. Dengan menulis, siswa
telah melakukan aktivitas membaca, menulis, dan memahami sehingga materi yang aku
ajarkan akan lebih melekat dalam ingatan mereka. Alhasil muridku sangat
berantusias untuk memahami materi ini.
Terbukti pada pertemuan berikutnya mereka sudah duduk rapi di dalam
kelas menungguku datang. Tidak hanya mereka yang duduk rapi namun LCD juga
sudah terpasang dan siap untuk aku gunakan. Padahal sebelumnya aku tidak
menginstruksikan seorang siswa pun untuk menyiapkan media elektronik ini,
bahkan masuk kelas pun aku tidak membawa laptop.
“Ibu guru kemarin kan belum lihat desa saya di Google
Earth, jadi sekarang kita lihat ya bu,” kata Hendra, siswa yang biasa izin
keluar kelas saat pelajaran berlangsung.
Kalau sudah begini tak ada pilihan lagi selain mengikuti kemauan
mereka untuk menerapkan pembelajaran elektronik.
Kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan teknologi sangat
membantuku untuk mentransfer ilmu kepada mereka. Apalagi belakang ini sedang
gencar penerapan Kurikulum 2013 yang mengharuskan siswa lebih aktif dalam
pembelajaran. Meski kurikulum ini belum sampai di daerah 3T (Terluar, Terdepan,
dan Terpencil) tempatku mengajar, namun siswa harus dibiasakan untuk mengenal
teknologi atau media pembelajaran elektronik. Apalagi untuk jenjang SMA yang
tidak lama lagi akan memasuki bangku kuliah.
Sebagai guru di daerah 3T yang notabene masih belum familiar dengan
teknologi, aku berusaha membiasakan diri untuk menerapkan pembelajaran
elektronik kepada mereka. Tidak melulu harus dikonekkan dengan internet, namun
terkadang aku hanya menampilkan gambar atau video yang berkaitan dengan materi
ajar.
Beberapa sekolah di Pulau Flores ini sudah mempunyai fasilitas
pembelajaran elektronik yang terbilang lengkap. Hanya saja sumber daya manusia
yang masih enggan memanfaatkannya. Dengan alasan belum menguasai teknologi,
waktu yang terbatas untuk menyusun bahan ajar, atau alasan lain yang sering aku
dengar. Padahal pembelajaran elektronik cukup simple dan mudah, terlebih untuk
pelajaran tertentu yang sering menjadi momok tersendiri bagi siswa.
Guru hendaknya meng-update perkembangan teknologi yang terus
berkembang terutama untuk pembelajaran baik di dalam maupun luar kelas. Dampak
kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap dunia pendidikan
semakin terasa. Bahkan saat ini hampir semua aspek kehidupan manusia tidak
luput dari peranan TIK. Oleh karena itu guru harus mampu menjembatani siswa
dalam mengikuti perkembangan teknologi dengan memanfaatkan pembelajaran, baik
sebagai alat maupun media pembelajaran. (*)