Selasa, 10 Desember 2013

Takut Laptop Rusak

HARI kedua masuk sekolah aku masih belum mendapat jadwal mengajar. Ada dua kelas yang kebetulan jamnya kosong karena guru pengampu mapel jadwalnya bentrok dengan jadwal mengajar di sekolah lain. Hal ini sudah biasa terjadi di sekolah kami bahkan hampir di semua sekolah yang ada di Kecamatan Riung. Tak heran apabila siswa sering ketinggalan materi pelajaran.
Beberapa guru masih disibukkan dengan persiapan kunjungan kerja perdana Kepala Dinas PKPO Kabupaten Ngada. Maklum kunjungan ini merupakan yang pertama dilakukan oleh orang nomor satu di Dinas PKPO setelah sebulan ia menjabat. Untuk itulah butuh persiapan yang matang, terlebih kunjungan ini melibatkan seluruh sekolah baik sekolah negeri maupun swasta yang ada di Kecamatan Riung. Kebetulan sekolahku ketempatan untuk kunja perdana ini.
Waktu itu kelas X A dan B yang kosong, seharusnya mereka belajar TIK. Dua kelas ini terpaksa digabung karena satu ruangan sedang direnovasi untuk sementara waktu. Sebagian siswa kelas A ada yang digabungkan dengan kelas C dan sisanya digabungkan dengan kelas B.
Daripada duduk di ruang guru mending aku masuk kelas. Ada waktu dua jam untukku bercakap-cakap dengan mereka. Seperti di kelas lain aku selalu mengenalkan diri dan sedikit menceritakan profil singkat tentang diriku sendiri. Bukan apa-apa tujuannya untuk memberi motivasi kepada mereka untuk terus belajar bahkan kalau perlu mereka merantau ke tanah orang dan kembali ke kampung halaman untuk membangun kampung halamannya.
TIK sebenarnya adalah pelajaran yang sangat menyenangkan, seperti pengalamanku dulu saat duduk di bangku SMP. Selain bisa mengenal teknologi aku juga tidak perlu banyak berfikir seperti halnya saat mata pelajaran yang lain. Mapel yang satu ini tinggal praktik langsung, tinggal klik dan layar akan berubah dengan seketika. Mengenal teknologi seperti komputer waktu itu memang sangat luar biasa, maklum kami orang desa yang sebelumnya tidak pernah mengenal teknologi yang terbilang canggih ini. Tak heran jika muridku saat ini merasakan hal yang sama, hanya saja persentase praktik mereka lebih sedikit ketimbang teori, bahkan nyaris tidak ada praktik sama sekali.
Bahkan KBM sudah berjalan hampir tiga bulan namun guru mapel TIK sama sekali belum pernah masuk kelas. Siswa hanya diberi tugas mengerjakan soal yang ada dalam buku paket, membaca materi sendiri, dan memahaminya sendiri. Sudah salah kaprah pembelajaran semacam ini. Tapi apa mau dikata kondisi sekolah yang tidak memungkinkan.
“Kalian pernah belajar komputer?” tanyaku dalam kelas.
“Pernah bu waktu SMP tapi sudah lupa. Diajari ngetik saja,” kata seorang anak.
Dalam benakku seharusnya mereka sudah tak asing dengan komputer tapi pada kenyataannya tidak. Pelajaran ini butuh praktik sehingga siswa bisa memahami langsung apa yang mereka pelajari.
“Sekarang tutup bukunya. Kita belajar ngetik yaa,”
“Asyik...”
Kebetulan aku membawa laptop dan terpaksa aku juga meminjam netbook Mba Septi yang waktu itu sedang duduk santai di ruang guru. Ia bersedia membantuku untuk mengawasi anak-anak saat belajar mengetik. Hanya ada dua laptop di dalam kelas, tak apa setidaknya mereka bisa menyentuh yang namanya komputer.
Sebelumnya kujelaskan beberapa bagian yang di dalamnya, mulai dari layar monitor, keyboard, mouse, dan coolpad yang aku bawa. Meski sebenarnya aku  juga tidak menguasai semua piranti dalam teknologi ini. Ternyata sebagian dari mereka masih ada yang ingat terbukti ada yang menirukan suaraku saat menyebutkan beberapa perangkat keras ini.
Satu per satu aku menyuruh mereka menulis nama dan cita-cita yang ingin dicapai kelak setelah mereka dewasa. Tujuanku tidak hanya belajar saja, namun aku juga ingin membangun motivasi belajar siswa untuk meraih cita-cita.
Semua siswa kegirangan saat laptop kusiapkan di depan kelas. Aku mempersilakan siapa saja yang ingin mencoba menulis nama dan cita-citanya. Ternyata tidak ada satu pun yang berani maju ke depan kelas.
“Takut rusak bu guru,” kata Maria Yuniarti Anu Wona, seorang siswa yang duduk di kursi deretan paling depan.
Aku sedikit tergelitik dengan pengakuan mereka. Lugu, jujur, tapi sebenarnya mempunyai semangat belajar yang tinggi. Sebenarnya sekolah mempunyai beberapa unit komputer, kelihatannya ada enam komputer yang masih baru hanya saja sepertinya jarang sekali digunakan. Hal ini dikarenakan terbatasnya tenaga pengajar yang terbilang mumpuni di bidang ini, kalau pun ada harus membagi waktu dengan kelas atau sekolah lain.
Aku memandu mereka agar semua siswa bisa mencoba mengetik di laptopku. Mulai dari Maria Yuniarti yang kebetulan memang duduk di kursi paling depan. Kemudian diikuti siswa lain yang duduk disampingnya. Setelah seorang siswa maju untuk praktik langsung maka siswa lain sudah tak lagi segan untuk mencoba kegiatan yang sama.
Ini hasil tulisan mereka yang terhimpun di laptopku: 


Nama maria yuniarti anu wona
Cita –cita;ahli psikologis

Nama :maria margareta saun
Cita-cita:guru fisika

Nama:maria melatriks
Cita-cita:dokter hewan

Nama:maria andaresta ndusing
Cita-cita:guru bahasa indonesia

Nama:mariana mena
Cita-cita  :polwan

Petrosa awe
Cita –cita :guru

Ermelinda nambe
Cita-cita :guru kimia

Klemensia mapung
Guru  matematika

Odalia jelita tae
Guru bahasa inggris

Maria apriliana zaung
Guru kimia

Yunita keso soli
Bidan

Maria adelberta roja
Bidan

Nama ;klaudius lendes
Ahli fisika

Albertus fides
Tentara AD

Apolonarius pau
Ir pertanian

Gregorius kako
Pemain bola


Dua jam pelajaran serasa sangat cepat untuk praktik langsung menggunakan komputer. Di luar sana terdengar lonceng berbunyi nyaring pertanda sudah waktunya ganti pelajaran. Aku bergegas menutup pertemuan kali ini dan kukatakan suatu saat aku akan kembali ke kelas ini, kalau ada jadwal mengajar atau hanya ingin menengok mereka di kelas.
Aku bergegas mematikan laptop dan segera menuju ruang guru. Mama Sisi sudah bersiap diri untuk masuk ke ruang kelas yang sama. “Nah begitu ibu Fitri anak-anak senang kalau belajar komputer apalagi praktik langsung. Sekarang gantian ibu yang masuk kelas,” kata Mama Sisi sembari membawa Buku Biologi yang akan disampaikan kepada siswaku tadi.


Riung, 19 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar