Kamis, 17 Januari 2013

Heri Terisak Mengucap Syahadat

Heri saat mengucap Syahadat
SUASANA hening seketika hadir di tengah-tengah puluhan jamaah salat dzuhur di Masjid Agung Baitussalam Purwokerto, Selasa (15/1). Seusai salat mereka tidak langsung membubarkan diri, karena ada yang berdzikir dan menunaikan salat sunat.

Namun satu hal yang tidak biasa mereka lakukan adalah menyaksikan ikrar seorang muallaf asal Tanjungpinang. Adalah Heri Sugiarto (31) beserta istri, Diana Setyosari (26) yang menggendong buah hatinya.

Dari arah belakang jamaah, pasangan ini berjalan pelan. Langkahnya terhenti di saff paling belakang. Keduanya terlihat canggung mengingat ini adalah pengalaman pertama mereka masuk masjid. Apalagi di kota yang belum pernah disinggahinya sama sekali. Disinilah sejarah keislaman sepasang suami istri keturunan Cina asal Batam dimulai.

Heri yang waktu itu mengenakan peci warna hitam, baju koko lengan panjang warna putih dan bersarung kotak coklat variasi merah. Sedangkan sang istri mengenakan kerudung dan gamis berwarna putih sambil membopong anak pertamanya yang baru berusia 8 bulan yang masih tertidur.

Keduanya kemudian dipersilakan maju, duduk di sebelah imam masjid yang menghadap puluhan orang. Seketika suasana menjadi hening sampai sang imam membuka salam dan menyampaikan maksud kehadiran mereka.

"Pada siang ini akan ada dua orang yang berikrar masuk Islam," kata imam Safin Santarwin SPd I. Mendengar pernyataan itu, sejumlah jamaah bergumam lirih "Alhamdulillah".

Sang imam kemudian memberi ceramah untuk menguatkan niatan Heri dan istrinya. Ceramah disampaikan sekitar 15 menit. Heri, sang mualaf duduk bersila. Matanya sering terpejam dan tertunduk menyiratkan sedang mencamkan tausiah sang kyai.

Selesai ceramah, posisi duduk Heri bergeser. Ia diminta duduk berhadapan dengan Imam Safin. Posisi duduk Heri membelakangi puluhan jemaat yang menyimak prosesi ikrar. Sebagian lagi mengabadikan prosesi dengan ponsel maupun kamera.

"Ashaduallaillaha Illalloh, wa Ashhadu anna Muhammadarrousllulloh, (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Alloh dan Muhammad sebagai utusan Alloh) " kata Heri dengan terisak menirukan ucapan Imam Safin.

Saat berikrar, kedua tangan Safin dan Heri saling menjabat. Ikrar diulang hingga dua kali. Heri terdengar lantang meski nampak bergetar saat berikrar mengesakan nama Alloh SWT dan menyakini Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman.

Begitu juga dengan ikrar yang diucapkan sang istri yang dilakukan secara terpisah di depan jamaah perempuan. Usai pengikraran, bapak satu anak ini mengaku lega.

Sang Muallaf yang kesehariannya bekerja sebagai tukang servis ponsel dan pendingin udara ini mengaku masuk Islam setelah mendapat mukjizat. Ia sembuh dari sakit tanpa operasi setelah pada tengah malam bermimpi mendengar adzan.

Ia mengingat peristiwa yang menimpanya hingga dilarikan ke rumah sakit, Minggu (23/12) lalu. Luka parah di tempurung kaki kirinya lantaran terjatuh ketika menyervis AC. Kemudian Senin (24/12) dinihari ia harus dirawat di Rumah Sakit Awalbros Batam.

Itu adalah malam pertama Heri menderita luka memar hingga dokter menyarankan harus menjalankan operasi tempurung karena tulangnya yang bergeser. Namun entah dari mana datangnya, pukul 02.00 dini hari ia mendapati mimpi mendengar adzan.

"Seketika itu setelah mendengar adzan suami saya langsung reflek turun dari ranjang. Kemudian ia langsung bisa jalan, padahal dokter sudah memvonis harus melakukan operasi untuk penyembuhan," kata Diana, masih sambil membopong sang buah hati yang tertidur lelap.

Menyadari lukanya sembuh secara misterius, Heri dan istri merasa takjub. Perubahan itu kemudian diceritakan pada sang dokter yang kemudian melakukan foto rontagen hingga tiga kali.

"Menurut saya ini merupakan petunjuk agar saya masuk islam. Kemudian saya mengajak istri namun kami bingung karena tidak tahu bagaimana caranya," ujar Heri.

Dari kebingungan itulah, mereka menjadi korban penipuan ustaz palsu. Saat hendak pergi ke Jakarta menggunakan kapal untuk belajar agama, Heri bertemu seorang asing di musala pelabuhan Tanjung Priuk.

Seketika ia percaya saja saat dimintai uang Rp 2 juta dengan alasan untuk biaya sertifikat masuk Islam dan menikahkan ulang keduanya. Bahkan Heri juga membelikan tiket kereta untuk pergi bersama ke Purwokerto.

Mereka sampai di Stasiun Purwokerto, Selasa (15/1) pukul 04.00 WIB. Kemudian sang ustaz gadungan berpamit untuk mencarikan taksi yang menuju ke rumah keluarganya. Satu jam tak muncul ternyata memang ustaz tidak kembali dengan membawa kabur tas berisi kamera Canon D90 dan Samsung Galaxy Tab miliknya.

Atas saran petugas KAI, Heri beserta keluarga menuju ke masjid. Mieke Utami, seorang pengurus masjid, mengatakan mereka tiba di masjid pukul 10.00 WIB dengan menampakkan wajah kebingungan. Setelah mendengar cerita dari keluarga yang tersesat ini kemudian Mieke mencarikan baju, peci, serta mengajaknya makan dan mencarikan sumbangan.

Seusai menyaksikan ikrar sang muallaf kemudian jamaah dengan sukarela mengumpulkan sodakoh hingga terkumpul Rp 1,1 juta. Rencananya, keluarga yang baru masuk islam ini akan pergi ke rumah sang paman di Pekanbaru yang sebelumnya sudah masuk islam terlebih dahulu. (fitri nurhayati)

2 komentar: