Rabu, 09 Desember 2015

Lewat Tol Mandara, Berwisata Jadi Bebas Hambatan

Yang tidak menyenangkan dari berwisata adalah perjalanan panjang dan melelahkan. Tak jarang orang memilih berdiam diri di rumah ketimbang harus menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengisi waktu libur. Tapi siapa yang akan menolak kalau ada kesempatan berlibur ke Bali secara gratis. Tentu semuanya akan berkata, ayo liburan!
Jalan tol Mandara, menghubungkan Benoa, Ngurah Rai, dan Nusa Dua.
Sumber: ayomudik.pu.go.id
Liburan saya kali ini awalnya membuat enggan, karena beberapa tahun lalu saya pernah bertandang ke pulau ini. Tapi nikmati saja alhasil liburan menjadi menyenangkan supaya yang didapat tidak hanya lelah, tapi cerita dan tulisan.
Wisata ke Bali kali ini menjadi penutup akhir tahun 2015 bagi saya. Harus ada catatan yang tergores di buku saya. Salah satunya adalah perkembangan kota yang ada di Pulau Dewata. Beberapa orang sangat familiar dengan objek wisata di Bali, karena orientasi mereka memang untuk berwisata. Namun jarang yang mengetahui perkembangan kota di daerah yang mereka kunjungi.
Akses jalan di bagian selatan pulau ini telah berkembang pesat. Perkembangan ini didukung oleh adanya objek wisata, pun demikian dengan pemerintah yang memberi dukungan penuh. Tahun 2013 telah diresmikan jalan tol pertama di Bali yang menghubungkan Benoa, Ngurah Rai, dan Nusa Dua. Dikenal dengan Jalan Tol Bali Mandara. 
Jalan bebas macet ini juga menjadi jalan tol terapung pertama di Indonesia. Membentang sepanjang 12,7 km di atas laut dengan ribuan beton penyangga di bawahnya. Dari jauh nampak seperti kaki seribu yang sedang merambat. Lintasan kendaraan pun dipisahkan. Jalur sepeda motor berada di ruas sisi kiri dan kanan jalan, sedang kendaraan roda empat atau lebih ada di ruas tengah. Panjang jalan tol ini hampir sama dengan Penang Bridge di Malaysia yang panjangnya mencapai 13,5 km, atau seperti Union Bridge sepanjang 12,9 km di Kanada seperti di lansir dari balipedia.id..
Bli Sanding, Tour Leader bus kami menjelaskan tentang keunikan-keunikan yang dimiliki Tol Mandara. Ia mengatakan, jalan ini adalah buatan anak negeri, seratus persen tanpa campur tangan asing. Konstuksinya dibuat oleh konsorsium BUMN dan BUMD Bali. Pun dengan dana yang dihabiskan hanya 2,4 triliun dari pembiayaan sindikasi bank BUMN dan Jasa Marga. Tidak melibatkan dana APBN sama sekali. Sangat mandiri bukan? Material dan teknologi yang digunakan juga seluruhnya merupakan karya anak bangsa.
Lagi-lagi Bli Sanding membuat saya semakin tertarik untuk mendengarkan ceritanya. Cerita tentang pembangunan Tol Mandara yang hanya membutuhkan waktu satu tahun. Dalam satu bulan ditargetkan selesai pengerjaan jalan sepanjang satu kilometer. Target itu terlaksana dengan mulus. Saya membayangkan dalam pembangunan ini tidak ada kata mangkrak sama sekali. Kalau saja seluruh pembangunan jalan di Indonesia seperti Mandara, tentu akses akan mengalami pemerataan.
Pengerjaan jalan tol ini dimulai bulan Maret 2012 dan selesai sekitar bulan Mei 2013. Terhitung cepat untuk pengerjaan tol di atas laut. Tak banyak lahan yang harus dibebaskan, karena sebagian besar tol ini menggantung di atas laut. Hanya saja ada beberapa lahan mangrove yang tergerus pada saat konstruksi. Namun reklamasinya segera dilakukan dengan menanam kembali 16 ribu pohon mangrove setelah konstruksi selesai.
Para wisatawan tak perlu khawatir dengan perjalanan panjang menuju Nusa Dua. Dari Bandara Ngurah Rai cukup ditempuh dalam waktu 15 menit, efisiensi waktu dari yang tadinya 45 menit. Bali semakin berkembang pesat dengan objek wisata yang dikelola dengan baik dari didukung infrastruktur yang baik pula. (*)

oleh Fitri Nurhayati
:: Catatan wisata budaya PPG SM-3T UNY 2015 ke Bali, 5-9 Desember 2015. Berlibur sambil reportase untuk konsumsi pribadi sungguh menarik.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar