Minggu, 02 Juni 2013

Gerakan Sosial Tapi Packaging-nya Unyu-unyu

Komunitas Bhinneka Ceria
RASA penasaran Wildan menanam jamur ternyata mengantarkannya pada terbentuknya sebuah komunitas kenamaan Bhinneka Ceria. Bersama dua orang temannya, ia merancang strategi gerakan desa bangkit mewujudkan masyarakat adil makmur.
Awalnya, kata pemilik nama lengkap Wildanshah tahun 2010 lalu di kontrakannya, ia penasaran tentang budidaya jamur. Kemudian menjajal menanamnya sendiri dan dibantu Bojong alias Lukman, mahasiswa Biologi Unsoed yang sedikit paham tentang budidaya ini.

Saat mencoba menanam kemudian ada beberapa anak kecil yang tinggal di sekitar kontrakannya dan penasaran ingin belajar juga. Kemudian Wildan bersama Bojong dan Endrikus mencoba menanam dalam kapasitas yang lebih besar. Dengan tujuan agar anak-anak di sekitarnya juga bisa ikut latihan menanam.

Melihat keasyikan menanam jamur bersama anak-anak kemudian terbersit pemikiran untuk terus belajar bersama. Tidak hanya itu bahkan muncul pula ide untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Ada yang suka menanam jamur, melukis, baca buku, musik, dan aktivitas anak-anak lainnya.

"Dari situlah kami berinisiatif membentuk sebuah komunitas. Kami melihat para pemuda yang jarang ikut gerakan sosial, jadi melalui komunitas yang kami buat ini semoga bisa memberi kontribusi kepada masyarakat," kata Wildan.

Pembelajaran dengan anak-anak terus berlanjut hingga datanglah relawan yang berasal dari kalangan mahasiswa. Menurutnya gerakan sosial saat ini identik radikal, sehingga Wildan dkk mencoba mengemas dengan sedikit asyik. Kata dia, bisa dibilang gerakan sosial tapi dengan packaging yang unyu-unyu agar disukai anak-anak.

Berkontribusi kepada masyarakat mulai dari kalangan anak-anak dianggap paling efektif. Pasalnya, pelatihan yang diberikan menjadi dasar untuk membentuk generasi yang mapan.

Relawan pun berdatangan, bahkan tidak hanya berasal dari kalangan mahasiswa saja namun ada siswa SMA maupun mereka yang sudah bekerja. Hingga saat ini sudah tercatat ada sekitar 100 relawan, sedangkan 60 di antaranya terus akif dalam kegiatan sosial ini.

Wildan mengatakan, relawan ini tidak hanya berasal dari Purwokerto saja, namun sudah menyebar di kota-kota lain seperti halnya Yogyakarta. Di kota ini terbentuk komunitas yang sama karena adanya inspirasi dari Bhinneka Ceria Purwokerto.

Banyaknya relawan yang bergabung, komunitas ini tentunya ingin melebarkan sayap dalam menjalankan kegiatan sosial. Sehingga saat ini tidak hanya belajar bersama saja, namun dilengkapi pula dengan kegiatan baksos, jualan baju, stiker, dan buku yang hasilnya digunakan untuk mendukung kegiatan sosial di beberapa tempat yang mereka datangi. (nurhayatipipit@gmail.com)


Buka Perekrutan Relawan untuk Ngajar Bareng

DATANG ke desa untuk memberi pelatihan tentu tak langsung diterima oleh masyarakat setempat. Ada yang mengira kegiatan sosial yang Komunitas Bhinneka Ceria lakukan merupakan bagian dari kepentingan politik tertentu.

Wildanshah, perintis komunitas yang berdiri tanggal 1 Mei 2010 lalu ini mengatakan, pihaknya memiliki cara tersendiri untuk bisa diterima di kalangan masyarakat yang menjadi targetnya. Satu di antaranya dengan menggelar bakti sosial di tempat yang dituju.

Ditanya soal dana, Wildan mengatakan, sebagian berasal dari hasil iuran pengurus, sedangkan lainnya berasal dari donatur yang peduli dengan kegiatan yang mereka laksanakan. Donaturnya pun tidak tanggung-tanggung, seperti dari kalangan dosen, dokter, atau pekerja lainnya.

"Awalnya kita ngadain baksos kemudian setelah diterima di desa setempat. Barulah kita menjalankan misi. Kita mencoba membaur dengan aktivitas mereka jadi tahu apa yang mereka butuhkan. Ada yang minat musik, membaca, dan melukis, hingga kami bisa membentuk sebuah perpustakaan," kata Wildan.

Setiap harinya dibuka perekrutan relawan yang ingin ngajar bareng. Apalagi untuk pemuda yang ada di desa. Mereka menggandengnya untuk menjadi relawan dengan mengadakan pendidikan relawan setiap hari, tentunya tanpa memandang atribut sosial apapun sebelumnya.

Wildan mengatakan, gerakan sosial ini lebih mengarah pada urusan anak-anak untuk belajar sesuai kebutuhannya. Sehingga tiap daerah jenis pembelajarannya bisa berbeda. Misalnya saja kerjasama dengan Bukit Ilmu yang memberikan pengetahuan tentang etika. Selain itu ada juga pembelajaran tentang pembuatan kerajinan tangan.

Ada juga yang belajar kesenian dan budaya, seni lukis, menabung, teater, hingga organisasi anak-anak yang mengurus budidaya ikan lele. (fitri nurhayati)

Punya Tiga Fokus Gerakan 

ADA tiga hal yang menjadi fokus gerakan Komunitas Bhinneka Ceria selama perjalanannya. Mulai dari perjuangan untuk pendidikan, menggandeng pemuda, hingga gerakan untuk perdesaan dan perkotaan.

Untuk mewujudkan tiga hal ini mereka melakukan pendamping di beberapa dusun yang menjadi sasaran. Seperti halnya di Dusun Sudan, Purbalingga dengan membentuk Forum Komunitas Anak Desa (Forkades).

"Di sana kami membentuk Forkades sebagai pergerakan warga setempat. Terbentuknya forum ini juga bertujuan agar keinginan masyarakat bisa didengar pemerintah," kata Wildan.

Pernah melalui Forkades ini, Bhinneka Ceria mengadakan karnaval desa untuk memperingati Mesuji. Hasilnya pascakarnaval berlangsung ada perhatian tersendiri dari pemerintah Purbalingga. Kata Wildan, waktu itu masih di bawah kepemimpinan Bupati Heru.

Hasilnya bupati setempat memberi bantuan dana kepada Dusun Sudan untuk mengadakan kegiatan. Sesuai target awal, pergerakan yang didominasi kalangan mahasiswa ini menjadi titik temu dengan masyarakat. Sehingga antara mahasiswa dan masyarakat solid dan akhirnya pemerintah turun tangan untuk menyelesaikan banyak permasalahan di desa-desa. (pit)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar