Senin, 20 April 2015

Pendidikan Menuju Era Digital

Isu pendidikan selalu menarik untuk diperbincangkan. Lebih dari satu dekade, pendidikan di Indonesia mengalami banyak perubahan. Ada perubahan yang menggembirakan, namun tak sedikit pula yang masih diam di tempat. Seperti yang baru saja digelar adalah momentum tahunan Ujian Nasional (UN).
Tahun 2015 UN diselenggarakan dengan wajah yang berbeda. Pertama, UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan, namun hanya digunakan untuk pemetaan mutu pendidikan. Kedua, penyelenggaraan UN daring/online (dalam jaringan) dengan berbasis komputer .
Harian Kompas (Selasa, 14 April 2015) menyajikan headline tentang UN Generasi Z. Generasi Z adalah mereka yang akrab dengan dunia digital. Tercatat ada 515 sekolah menengah atas sederajat telah menjalani UN berbasis komputer. Itu artinya era digital mulai menghampiri dunia pendidikan. Hal ini hendaknya menjadi satu langkah progresif untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. 
Melalui media digital, beberapa masalah klasik dalam penyelenggaraan UN dapat diminimalisir. Seperti halnya masalah pendistribusian soal. Juataan naskah dengan rantai distribusi yang panjang akan di-cut sehingga dapat digantikan dengan sinkronisasi data dalam hitungan menit saja. Dengan begitu media digital dapat menghemat waktu, tenaga, maupun biaya.
Berbicara soal biaya, dalam UN kali ini media digial sudah mampu menghemat anggaran hingga 20 persen atau sekitar 70 miliar. Hasil penghematan ini seharusnya dapat dialihkan untuk pengembangan beberapa sekolah yang belum menerapkan UN berbasis komputer. Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun pertama penyelenggaraan UN berbasis komputer ada 160.947 murid yang mengikuti UN berbasis komputer di 29 provinsi. Angka ini masih tergolong kecil apabila dibandingkan dengan jumlah peserta UN yang setidaknya mencapai 2,8 juta siswa.
Selain menghemat biaya, UN daring pun akan memberi kemudahan kepada siswa dalam mengerjakan soal. Keamanan juga akan lebih terjaga karena proses pengoreksian dilakukan oleh sistem. Seharusnya  hal ini dapat memperkecil kecurangan yang sering terjadi.
Perubahan cara lama menuju era digital tentu tidaklah mudah. Apalagi masih ada banyak sekolah yang menyelenggarakan UN dengan cara lama. Harus ada persiapan yang matang baik dari guru, siswa, maupun sekolah. Siswa yang saat ini sudah terbiasa mengerjakan soal menggunakan LJK, tentu membutuhkan adaptasi untuk beralih mengerjakan soal di depan komputer. Memang siswa saat ini sudah memasuki generasi Z yang melek IT, namun selama ini penggunaannya tidak dikhususnya untuk evaluasi pendidikan dalam satu jenjang. Maka mereka harus melakukan kesiapan tidak hanya secara mental saja, namun juga teknik pelaksaan.
Sama halnya dengan siswa, sekolah pun harus benar-benar siap memberikan fasilitas yang memadai. Khususnya perangkat keras, jaringan internet, dan ketersediaan listrik yang lancar saat pelaksanaan UN.
Memang banyak manfaat yang terkandung dalam sistem baru ini, namun kendalanya juga tidak sedikit. Bagi sekolah yang kondisi geografisnya tidak memadai penyelenggaraan UN berbasis komputer tentu menjadi kesulitan. Bayangkan saja, sekolah yang berada di daerah pedalaman. Untuk mendapat aliran listrik pun sulit, apalagi menghadirkan UN daring yang membutuhkan jaringan internet dengan lancar. Ini menjadi PR besar bagi Kemendikbud pada tahun-tahun mendatang. Pemerintah tak boleh menutup mata karena masih banyak sekolah yang belum bisa melaksanakan UN berbasis komputer.
Teknologi memang menjanjikan kemudahan dan penghematan, namun konsekuensinya pun tidak mudah. Apalagi kualitas pendidikan masing-masing daerah pun berbeda-beda. Pemerintah hendaknya mempersiapkan sistem, piranti keras, dan tenaga teknis yang matang agar peserta didik tidak dirugikan.
UN 2015 bisa dijadikan percontohan penerapan media komputer dalam dunia pendidikan. Seharusnya penggunaan media ini tidak hanya saat UN saja, namun diterapkan juga dalam proses pembelajaran sehari-hari. Baik guru maupun siswa akan lebih terbiasa dengan teknologi yang semakin canggih. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar